RIAU24.COM - Presiden Donald Trump membiarkan isu utama kenegaraan Palestina menggantung.
Saat berbicara kepada para wartawan di Air Force One, Trump berkata, "Kita lihat saja nanti" apakah solusi satu negara atau dua negara yang lebih disukai.
Isu kenegaraan Palestina adalah yang paling penting.
Presiden Trump, sekembalinya dari Mesir, menyampaikan pernyataan tentang masa depan daerah kantong tersebut, menolak berkomitmen pada kenegaraan Palestina.
"Banyak orang menyukai solusi satu negara, sebagian lagi menyukai solusi dua negara. Kita lihat saja nanti,” kata Trump.
Ia lebih tertarik pada topik pembangunan kembali Gaza.
Seorang politikus Palestina terkemuka, Nasser al Qudwa, mengatakan kepada Sky News bahwa Trump 'yang memegang kendali' dan memperingatkan bahwa rencananya tentang pemerintahan yang dipimpin Barat yang memerintah Tepi Barat dan Jalur Gaza tidak akan masuk akal.
Namun, Trump bersikeras bahwa keputusan apa pun mengenai masalah tersebut akan dibuat berdasarkan konsensus dengan mitra regional dan internasional.
Berdasarkan kerangka kerja perdamaian 20 poin Trump, Gaza akan dipimpin oleh Dewan Perdamaian internasional dan akan dipimpin oleh Trump. Ia juga mengusulkan nama mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair sebagai anggota dewan.
Namun, ia bersikeras pada pembangunan kembali Gaza sebelum menemukan jalur yang kredibel bagi penentuan nasib sendiri Palestina.
“Saya tidak berbicara tentang negara tunggal atau negara ganda. Saya berbicara tentang pembangunan kembali Gaza,” katanya, “Itu adalah ruang kekuasaan. Mereka adalah negara-negara terkaya, negara-negara yang sangat, sangat kaya, dan mereka mampu mengatasinya.”
Ketika Nasser al Qudwa ditanya bagaimana perasaannya tentang pengelolaan atau perwalian Barat, ia mengatakan bahwa rakyat Palestina tidak ingin berada di bawah otoritas internasional mana pun, khususnya tidak di bawah mandat Inggris lainnya.
Ia menganggap situasi ini sangat kejam, bahwa setelah semua pertumpahan darah dan pengorbanan, sekelompok orang Barat justru membangun rumah bagi rakyat Palestina.
(***)