Majelis Nasional Madagaskar Memberikan Suara untuk Makzulkan Presiden, Militer Mengambil Alih

R24/tya
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina /AFP
Presiden Madagaskar Andry Rajoelina /AFP

RIAU24.COM Majelis Nasional Madagaskar pada hari Selasa (14 Oktober) telah memberikan suara untuk memakzulkan Presiden Andry Rajoelina atas tuduhan desersi tugas.

Setelah itu, sebuah unit militer elit mengonfirmasi bahwa mereka telah mengambil alih kekuasaan di negara tersebut.

Hal ini terjadi setelah presiden, yang saat itu sedang bersembunyi, mengumumkan pembubaran Majelis Nasional dalam upaya menghalangi pemungutan suara untuk memaksanya mundur dari jabatannya di tengah kerusuhan yang terjadi di negara tersebut.

Resolusi tersebut disahkan di majelis rendah parlemen dengan 130 suara mendukung.

Pemimpin berusia 51 tahun itu sebelumnya menolak seruan untuk mundur dan meninggalkan negara itu setelah berminggu-minggu protes antipemerintah di negara kepulauan itu yang dipimpin oleh Gen Z.

"Kami telah mengambil alih kekuasaan," ujar Kolonel Michael Randrianirina, kepala unit militer CAPSAT, kepada AFP dalam sebuah pernyataan di gedung pemerintahan di ibu kota.

Ia menambahkan bahwa unit tersebut akan membentuk sebuah komite yang terdiri dari perwira angkatan darat, polisi, dan kepolisian nasional.

CAPSAT juga memainkan peran kunci dalam kudeta tahun 2009, yang membawa Rajoelina ke tampuk kekuasaan sebelumnya.

"Mungkin suatu saat nanti akan ada penasihat sipil senior yang terlibat. Komite inilah yang akan menjalankan tugas kepresidenan," tambah Randrianirina.

“Pada saat yang sama, setelah beberapa hari, kami akan membentuk pemerintahan sipil,” katanya.

Pengumuman Randrianirina muncul beberapa menit setelah majelis rendah parlemen memberikan suara untuk memakzulkan Rajoelina dalam sidang yang dianggap oleh presiden sebagai tidak memiliki dasar hukum apa pun.

Setelah presiden memerintahkan pembubaran Majelis Nasional, pemimpin oposisi di parlemen negara itu mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak sah secara hukum.

Protes di Madagaskar dimulai pada 25 September dan awalnya dipicu oleh kekurangan air dan listrik yang parah.

Namun, gerakan tersebut dengan cepat meluas hingga mencakup frustrasi yang lebih luas terkait korupsi, tata kelola yang buruk, dan kegagalan kronis layanan publik dasar.

Demonstrasi ini merupakan kelanjutan dari gerakan serupa yang digerakkan oleh Generasi Z di beberapa negara seperti Nepal, Maroko, dan Bangladesh.

Selama akhir pekan, protes semakin intensif ketika tentara dan pasukan keamanan yang memberontak bergabung dengan para demonstran.

Para demonstran menuntut agar Rajoelina dan menteri-menteri pemerintah lainnya mundur.

Bulan lalu, presiden membubarkan seluruh pemerintahan dalam upaya meredakan situasi.

Radio France Internationale melaporkan bahwa Rajoelina melarikan diri dari negara itu dengan pesawat militer Prancis pada akhir pekan.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak