Inilah 7 Cara Jepang Menangani Tsunami dan Gempa Bumi Meskipun Berada di Zona Seismik yang Rentan

R24/tya
Gempa bumi di Jepang /Wikimedia Commons
Gempa bumi di Jepang /Wikimedia Commons

RIAU24.COM Jepang termasuk di antara negara-negara yang dilanda gelombang tsunami pada hari Kamis (30 Juli) setelah gempa bumi berkekuatan 8,8 skala Richter di Rusia.

Namun, gempa bumi dan tsunami bukanlah hal baru bagi negara Asia tersebut, yang mendorong berbagai pemerintah selama bertahun-tahun untuk menerapkan langkah-langkah antigempa. 

Jepang terletak di salah satu wilayah yang paling rawan gempa

Jepang mengalami gelombang tsunami pada hari Kamis (30 Juli) setelah gempa berkekuatan 8,8 melanda Rusia.

Pada minggu pertama bulan ini, sekitar 1.600 gempa tercatat di negara yang terletak di titik rawan gempa.

Namun, gempa bumi dan tsunami bukanlah hal baru bagi negara Asia ini.

Hal ini telah mendorong berbagai pemerintah selama bertahun-tahun untuk menerapkan langkah-langkah antigempa. Negara ini mampu menghadapi bencana berkat kesiapsiagaannya.

Apa yang dilakukan Jepang untuk membuat masyarakatnya tahan gempa? Langkah-langkah yang tercantum di bawah ini dapat menjadi pelajaran bagi negara-negara lain dalam kesiapsiagaan bencana.

1. Kode ketat untuk bangunan

Jepang telah menerapkan standar yang ketat untuk bangunan.

Pedoman seismik ini diterapkan secara ketat dan diperbarui secara berkala berdasarkan pengalaman gempa bumi sebelumnya.

Sesuai dengan peraturan bangunan, struktur harus mampu menahan gempa bumi dengan magnitudo tertentu.

Bangunan, terutama yang bertingkat tinggi, seharusnya menggunakan material yang diperkuat.

2. Sistem peringatan dini gempa bumi

Di negara yang rawan gempa bumi, Badan Meteorologi Jepang, atau JMA, memiliki sistem peringatan dini gempa bumi yang canggih.

JMA dapat mendeteksi gelombang seismik awal.

Sistem peringatan dini ini mengirimkan peringatan kepada penduduk melalui telepon, televisi, dan melalui sistem pengumuman publik sebelum gempa bumi yang lebih kuat, sehingga memungkinkan orang-orang untuk berlindung.

3. Pendidikan dan latihan gempa bumi di Jepang

Jepang terkenal di dunia dengan latihan gempa bumi rutinnya.

Latihan ini dimulai sejak usia dini bagi penduduknya, dengan sekolah-sekolah mengajarkan anak-anak apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi.

Latihan semacam ini juga diadakan di kantor-kantor dan komunitas lokal secara berkala.

 Setiap tahun, Hari Pencegahan Bencana diperingati pada tanggal 1 September, yang memperkuat kesiapsiagaan melalui kampanye kesadaran nasional, latihan simulasi gempa bumi, dan mengedukasi warga tentang protokol evakuasi.

4. Renovasi bangunan lama

Bangunan-bangunan tua di Jepang secara berkala direnovasi agar memenuhi standar modern agar tahan terhadap gempa.

Pemerintah Jepang menawarkan subsidi untuk mendukung peningkatan bangunan, seperti fondasi yang lebih kuat guna mengurangi risiko keruntuhan.

5. Membangun pertahanan tsunami

Beberapa gempa bumi terburuk bermula di laut sekitar Jepang, yang menyebabkan tsunami besar seperti yang terjadi pada tahun 2011.

Jepang telah membangun tanggul di wilayah pesisir, serta struktur seperti pemecah gelombang dan gerbang tsunami.

Tempat perlindungan yang ditinggikan ditandai dengan jelas di daerah rawan tsunami di Jepang.

Latihan simulasi dilakukan untuk memastikan respons cepat terhadap peringatan tsunami.

6. Jaringan tanggap bencana Jepang yang sudah mapan

Jepang memiliki sistem tanggap darurat yang terkoordinasi dengan baik, termasuk untuk gempa bumi.

Terdapat pasukan bela diri dan pemadam kebakaran yang terlatih dan terlatih dengan baik untuk menangani bencana.

Persediaan makanan, air, dan pasokan medis ditempatkan secara strategis dan dapat disalurkan dengan cepat.

7. Penggunaan teknologi pemantauan seismik canggih

Jepang memiliki salah satu sistem pemantauan aktivitas seismik tercanggih di dunia.

Jaringan luas ini mencakup seismometer dan sensor GPS yang melacak pergerakan tanah secara real-time.

Data ini dimasukkan ke dalam sistem pusat dan provinsi untuk melakukan penilaian risiko, memprediksi gempa susulan, atau bahaya sekunder setelah gempa bumi.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak