Prancis dan Jerman Bersatu Pertahankan Kepentingan Eropa Melawan Ancaman Tarif 30 Persen Donald Trump

R24/tya
Politik diplomasi AS-Prancis /AFP
Politik diplomasi AS-Prancis /AFP

RIAU24.COM - Para pemimpin Eropa kembali berunjuk rasa setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif 30% terhadap semua impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus.

Hal ini telah menjadi tema yang berulang dalam hubungan AS-Uni Eropa sejak awal periode kedua pemerintahan Trump.

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Sabtu mengecam ancaman Presiden AS Donald Trump dan mendesak Uni Eropa untuk dengan tegas membela kepentingan Eropa.

"Prancis sepenuhnya mendukung Komisi Eropa dalam negosiasi," ujar Macron di media sosial.

"Kesepakatan itu harus mencerminkan rasa saling menghormati yang dimiliki oleh mitra dagang seperti Uni Eropa dan AS," tambahnya.

Ia juga mendesak untuk mempersiapkan langkah-langkah balasan yang kredibel jika tidak ada kesepakatan yang layak dicapai sebelum batas waktu.

Sementara itu, di Berlin, para pejabat Jerman bersikap lebih terukur, tetapi juga mendukung seruan Macron untuk diplomasi yang cepat.

"Uni Eropa kini harus, dalam waktu yang tersisa, menegosiasikan solusi secara pragmatis dengan Amerika Serikat," ujar Menteri Ekonomi Jerman, Katherina Reiche, dalam sebuah pernyataan.

Federasi Industri Jerman (BDI) menyuarakan hal yang sama, menyebut ancaman ini sebagai seruan untuk bangun bagi industri dan diplomasi.

"Konflik perdagangan antara dua kawasan ekonomi yang saling terkait erat seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat merugikan pemulihan ekonomi, kekuatan inovasi, dan pada akhirnya kepercayaan terhadap kerja sama internasional," demikian peringatan seorang pejabat senior BDI.

Seruan keprihatinan bersama dari Paris dan Berlin menunjukkan keselarasan yang langka ketika Uni Eropa sedang dilanda perpecahan internal terkait perluasan wilayah, kebijakan energi, dan pertahanan.

Namun, Berlin tampak lebih lunak dan pragmatis dibandingkan dengan sikap agresif Macron.

Masih harus dilihat apakah hal ini dapat menyatukan para tokoh ekonomi besar Uni Eropa untuk bertindak cepat.

Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan kembali bahwa Uni Eropa tidak akan diintimidasi untuk menerima persyaratan yang tidak adil.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak