RIAU24.COM - Bertepatan dengan semarak Bitcoin Pizza Day, harga aset Bitcoin berhasil tembus all time high (ATH) USD 111 ribu.
Sebagai salah satu aset diversifikasi, Bitcoin buktikan ketahanannya setelah berhasil mengakhiri reli koreksi harga yang cukup panjang.
Harga bitcoin (BTC) telah memecahkan rekor tertinggi yakni 119.999 dollar AS atau sekitar Rp 1,95 miliar pada Kamis (22/5).
Ini merupakan peristiwa pertama kalinya dalam sejarah. Dilansir dari CNBC, Kamis (22/5), tidak seperti lonjakan tajam yang biasa terjadi pada bitcoin, kenaikan harga kali ini berlangsung lebih lambat.
Hal ini didorong oleh meningkatnya kepemilikan institusional dan adopsi perusahaan terhadap aset digital tersebut.
Naiknya harga bitcoin tidak sejalan dengan pasar saham Naiknya harga bitcoin ini tidak sejalan dengan harga pasar saham AS, yang pada Rabu (21/5) sempat mengalami penurunan akibat lonjakan imbal hasil Treasury.
Biasanya, pergerakan bitcoin selaras dengan pasar saham, terutama Nasdaq yang didominasi saham teknologi. Namun, perbedaan arah pergerakan kali ini menunjukkan bahwa investor mungkin mencari alternatif penyimpan nilai.
Sepanjang tahun ini, harga bitcoin telah naik lebih dari 19 persen. Dana ETF bitcoin mencatat arus masuk yang kuat dan stabil, dengan arus keluar hanya terjadi dua kali sepanjang Mei, menurut data SoSoValue.
Selain itu, kepemilikan bitcoin oleh perusahaan publik naik 31 persen sejak awal tahun, mencapai sekitar 349 miliar dollar AS (sekitar Rp 5.689 triliun).
Angka ini merupakan 15 persen dari total pasokan bitcoin, menurut Bitcoin Treasuries.
Dikutip dari Finance Magnates, Kamis (22/5), ada beberapa faktor utama yang mendorong lonjakan harga bitcoin.
Berikut rinciannya:
1. Permintaan institusional BTC kuat
Minat investor institusional terhadap bitcoin kini mencapai rekor tertinggi, ini salah satu yang mendorong kenaikan harga.
Sepanjang Mei 2025, ETF bitcoin di AS menarik dana sekitar 4,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 68,4 triliun), dengan arus masuk hampir setiap hari perdagangan.
Total aset yang dikelola ETF ini telah melebihi 40 miliar dollar AS (sekitar Rp 652 triliun), menandakan semakin kuatnya kepercayaan institusi terhadap Bitcoin sebagai aset yang sah.
2. Adopsi perusahaan
Selain itu, adopsi perusahaan juga meningkat secara signifikan, yang menjadi pemicu harga bitcoin naik. Perusahaan Strategy (sebelumnya MicroStrategy) telah memperluas kepemilikan bitcoinnya hingga lebih dari 50 miliar dollar AS (atau sekitar Rp 815 triliun).
Baca Juga: Honda Premium Matic Day Hadir di Mall SKA, Tawarkan Promo Menarik
Hal itu diikuti perusahaan lainnya, seperti:
Metaplanet Jepang menambahkan 1.004 BTC senilai 129 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun
Twenty One Capital (didukung oleh Tether dan SoftBank) telah diluncurkan dengan model perbendaharaan yang berfokus pada bitcoin
Beberapa perusahaan berkapitalisasi kecil mendanai pembelian bitcoin melalui obligasi konversi dan saham preferen.