Rela Bayar Mahal, Crazy Rich Ramai-Ramai Jalani 'Pembersihan Darah' Demi Awet Muda

R24/dev
Rela Bayar Mahal, Crazy Rich Ramai-Ramai Jalani 'Pembersihan Darah' Demi Awet Muda
Rela Bayar Mahal, Crazy Rich Ramai-Ramai Jalani 'Pembersihan Darah' Demi Awet Muda

RIAU24.COM - Para miliuner pemburu umur panjang kini ramai mencoba teknik 'pembersihan darah' yang diklaim dapat membuang 'racun' dari tubuh, meski biayanya sangat mahal.
Salah satunya adalah Johnjay Van Es, pembawa acara radio asal Phoenix, AS, yang mulai terobsesi dengan kesehatan setelah ayahnya meninggal akibat serangan jantung di usia 66 tahun.

Van Es berhasil menurunkan berat badan hingga 76 kg dengan persentase lemak tubuh 12 persen, lalu terjun ke berbagai praktik biohacking ekstrem-dari terapi sel punca di Meksiko hingga air hidrogen impor Australia, yang semuanya berbiaya tinggi.

Ia memperkirakan menghabiskan lebih dari 100.000 dolar AS atau sekitar 1,6 miliar rupiah per tahun untuk rangkaian terapi tersebut, mulai dari sel pembunuh alami hingga paket terapi cahaya tanpa batas.

"Ya Tuhan, itu luar biasa. Saya belum pernah menghitungnya," kata Van Es, dikutip dari NYPost.

Tren Baru Plasmaferesis Seharga 120 Juta Rupiah

Obsesi terbaru Van Es adalah plasmaferesis, prosedur 'pembersihan darah' seharga 7.500 dolar AS atau sekitar 125 juta rupiah. Dalam proses ini, plasma yang diduga membawa autoantibodi dan toksin dibuang, lalu diganti dengan cairan yang lebih sehat.

Plasmaferesis umumnya digunakan untuk menangani penyakit autoimun, beberapa jenis kanker, gangguan darah, dan kolesterol tinggi. Namun, manfaatnya sebagai terapi anti-aging pada orang sehat belum terbukti secara ilmiah. Meski demikian, sejumlah publik figur juga pernah menjalani prosedur ini, termasuk Orlando Bloom dan biohacker Bryan Johnson.

"Jika kita ingin menggunakan istilah 'biohacking' atau 'pemurnian darah untuk tujuan gaya hidup' atau untuk 'detoksifikasi', kita harus menyadari bahwa hanya ada sedikit uji coba berbasis bukti," terang Dr Stefan Bornstein dari University Hospital Dresden.

Bagaimana Cara Kerjanya?
Plasmaferesis menggunakan dua jalur infus. Satu jalur menarik darah ke mesin untuk memisahkan plasma, sementara jalur kedua mengembalikan komponen darah bersama cairan pengganti seperti albumin.

"Tampaknya seperti perekam pita kuno, tetapi dengan darah yang berputar," tutur Van Es.

Setelah selesai, pasien akan melihat kantong berisi plasma kuning kenyal milik mereka sendiri. Bryan Johnson bahkan membanggakan plasma 'emas cairnya' sebagai yang 'terbersih yang pernah dilihatnya', dan mengaku 'tak tega membuangnya'.

Seperti Apa Rasanya?
Pasien biasanya merasakan tusukan jarum dan sedikit lelah selama beberapa jam. dr Keith Smigiel, yang menangani TPE Van Es, menyamakannya dengan 'penerbangan lintas negara' yang efeknya mereda dalam dua hari.

Biohacker Gary Brecka menggambarkannya sebagai rasa jernih dan tenang yang mendalam, hampir seperti zen.

"Warna-warna terasa lebih tajam, fokus saya meningkat, dan energi serta kualitas tidur saya meningkat secara nyata," sambungnya.

Brecka juga mencoba imunoferesis hingga hemo-detox. Ia mengatakan anggap saja sebagai detoksifikasi dan pengaturan ulang internal.

Siapa yang Berpotensi Mendapat Manfaatnya?
Bornstein mengatakan plasmaferesis dapat mengurangi protein terkait usia, menurunkan kolesterol, dan mengurangi logam berat serta mikroplastik.

"Sebagian besar studi ini menunjukkan efek positif dan hubungan positif. Tetapi, (studi-studi ini) belum sepenuhnya menunjukkan atau belum menjadi bukti korelasi dalam studi hasil yang lebih besar saat ini," jelasnya.

Smigiel juga menyebut prosedur ini terbukti menurunkan kolesterol dan membersihkan jamur, serta toksin lingkungan. Banyak pasiennya adalah profesional mapan dan keluarga muda yang kelelahan kronis.

"Ketika Anda berbicara tentang pengobatan regeneratif atau pengobatan umur panjang, saya melihatnya dari perspektif kualitas hidup. Kami hanya memberi tubuh kesempatan untuk menyembuhkan dirinya sendiri dengan membuang beban racun dari darah," beber Smigiel.

Efektif atau Tidak?
Smigiel merujuk studi besar yang menunjukkan pertukaran plasma dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif pada Alzheimer sedang. Seorang pelatih kesehatan, Natalia Naila, mendorong ibunya Venera (67) untuk menjalani TPE karena faktor risiko Alzheimer dan berbagai masalah inflamasi dan hasilnya langsung terasa.

"Ia (Venera) merasa luar biasa, sangat ringan, jernih, dan terasa lebih rileks. Ia tidur jauh lebih nyenyak dan lebih tenang daripada sebelumnya," ujarnya.

Efek samping yang muncul seperti memar, sering buang air kecil, dan gatal ringan tidak membuat mereka berhenti.

Hal yang Dirasakan Van Es?

Meski belum merasakan perubahan signifikan, Van Es tetap yakin dengan seluruh rutinitas biohacking-nya.

"Saya tidak terlalu merasakan banyak perbedaan. Secara umum, saya merasa cukup baik," tambahnya.

Dari tes terakhir menunjukkan kalsium arteri yang tinggi dalam tubuhnya stabil. Tetapi, ia sendiri mengaku tidak tahu metode mana yang paling berperan.

Rutinitas hariannya cukup padat, seperti olahraga, meditasi di bak hangat, cold plunge, sauna, minum Snake Oil, air hidrogen, suplemen, hingga tidur dengan tabung oksigen yang mahal. Setahun sekali, ia juga menjalani infus sel punca dan sel pembunuh alami.

"Dokter saya bilang kalau kamu mau tahu apa yang berhasil, kamu harus berhenti melakukan hal-hal lain. Saya bilang lupakan saja, saya akan terus melanjutkannya," pungkasnya.***

 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak