RIAU24.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Jumat (3 Oktober) menyambut baik pernyataan penerimaan Hamas atas rencana perdamaian Gaza dan mendesak Israel untuk segera menghentikan pengeboman Gaza.
Melalui platform Truth Social miliknya, Trump mengatakan bahwa pernyataan Hamas merupakan bukti bahwa mereka siap untuk ‘perdamaian abadi.’
Menyatakan bahwa ‘terlalu berbahaya’ untuk mengebom Gaza saat ini, Presiden AS mendesak Israel untuk segera menghentikannya agar semua sandera dapat keluar dengan selamat.
Ia juga menambahkan bahwa Amerika siap untuk melanjutkan negosiasi, dan hal ini penting demi perdamaian seluruh kawasan.
Tak lama kemudian, dalam sebuah pernyataan video, Trump berterima kasih kepada Qatar, Turki, Arab Saudi, Yordania, dan Mesir atas bantuannya dalam negosiasi dengan Hamas untuk rencana perdamaian Gaza.
Menyebut hari itu belum pernah terjadi sebelumnya, Trump mengatakan bahwa ia menantikan para sandera pulang ke orang tua mereka.
"Ini hari yang penting, kita lihat saja nanti bagaimana hasilnya. Kita harus mencapai kata akhir yang konkret. Kita sangat dekat untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah," tambahnya.
Sementara itu, meskipun rencana perdamaian 20 poin diumumkan di hadapan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, media berita Axios melaporkan bahwa ia ‘terkejut’ dengan tanggapan Trump terhadap pernyataan Hamas.
Laporan tersebut menambahkan bahwa Netanyahu memandang pernyataan Hamas gagal memenuhi aspek-aspek kunci dari rencana perdamaian Gaza yang diusulkan Trump.
Tanggapan Hamas
Beberapa jam setelah Presiden AS mengumumkan batas waktu hari Minggu untuk rencana perdamaian Gaza-nya, kelompok Palestina Hamas merilis pernyataan yang menyatakan kesiapannya untuk membebaskan semua sandera.
Kelompok tersebut menambahkan bahwa setelah melakukan konsultasi mendalam dengan lembaga-lembaga kepemimpinannya dan konsultasi luas dengan pasukan dan faksi-faksi Palestina, Hamas telah menyetujui pembebasan semua tahanan pendudukan—baik yang masih hidup maupun yang masih tersisa—sesuai dengan formula pertukaran yang tercantum dalam proposal Presiden Trump, dengan persyaratan lapangan yang diperlukan untuk pelaksanaan pertukaran.
Kelompok tersebut juga menyatakan bahwa mereka setuju untuk menyerahkan administrasi Gaza kepada badan independen yang terdiri dari para teknokrat Palestina, "berdasarkan konsensus nasional Palestina dan dukungan Arab dan Islam.”
(***)