RIAU24.COM - Seorang dokter di India, Navin Chaudhary, mendengar ledakan keras saat ingin menyantap makanannya. Ia menoleh ke belakang dan melihat api besar membakar ruang makan tempat ia dan dokter magang lainnya berkumpul.
Saat api mulai mendekatinya, ia bergegas menuju jendela dan melompat. Dari bawah, Chaudhary melihat ekor pesawat Air India yang tergantung di gedung kampus kedokteran.
"Terjadi kebakaran dan banyak yang terluka," beber Chaudhary yang dikutip dari AP News.
Chaudhary mengatakan ia merasa beruntung bisa selamat. Meski begitu, ia segera pergi ke unit perawatan intensif rumah sakit, tempat para korban luka bakar yang dibawa dengan tandu.
"Saya merasa bahwa sebagai seorang dokter, saya dapat menyelamatkan nyawa seseorang. Saya selamat, jadi apapun yang dapat saya lakukan, saya harus melakukannya," jelasnya.
Setidaknya 270 orang tewas saat pesawat Air India menabrak gedung perguruan tinggi kedokteran di Ahmedabad tak lama setelah lepas landas pada Kamis (12/6/2025). Hanya satu penumpang di antara 242 penumpang yang selamat.
Setidaknya, 29 orang lainnya yang berada di tempat kejadian termasuk lima mahasiswa kedokteran di dalam asrama tewas.
Seorang mahasiswa kedokteran senior, Akshay Zala, mengungkapkan kecelakaan itu terasa seperti gempa bumi.
"Saya hampir tidak bisa melihat apapun karena gumpalan asap dan debu tebal menyelimuti semuanya. Saya kesulitan bernapas," terangnya.
Ketika kejadian itu, Zala bergegas pergi ke tempat aman sambil berlari menembus debu dan asap. Dia membersihkan dan membalut luka di kaki kirinya, lalu bergabung dengan yang lainnya di pusat trauma perguruan tinggi kedokteran untuk merawat yang terluka.
Pada Senin (16/6), lokasi kecelakaan dipenuhi ekskavator dan pekerja untuk membersihkan puing-puing. Para pejabat memeriksa gedung untuk mencari petunjuk yang memungkinkan penyelidik mengetahui apa yang menyebabkan tragedi tersebut.
Sejauh ini, otoritas India telah menyerahkan jenazah 47 korban. Jenazah 92 korban lainnya juga telah diidentifikasi melalui pencocokan DNA dan akan segera diserahkan kepada keluarga.
Dekan perguruan tinggi Minakshi Parikh mengatakan banyak dokter yang menyelamatkan rekan-rekan mereka dari reruntuhan, kemudian kembali bertugas untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.
"Mereka melakukan itu dan semangatnya terus berlanjut hingga saat ini," kata Parikh.
"Hal pertama yang dilakukan para dokter yang berhasil menyelamatkan diri adalah kembali ke dalam dan menyelamatkan rekan-rekan mereka yang terjebak di dalam. Mereka bahkan mungkin tidak selamat karena tim penyelamat butuh waktu untuk datang," pungkasnya. ***