OpenAI Menangkan Kontrak Pertahanan AS Senilai 200 Juta Dolar Tuk Kembangkan Kecerdasan Buatan Militer

R24/tya
Ilustrasi foto ini menunjukkan logo ChatGPT di sebuah kantor di Washington, DC, pada 15 Maret 2023 /AFP
Ilustrasi foto ini menunjukkan logo ChatGPT di sebuah kantor di Washington, DC, pada 15 Maret 2023 /AFP

RIAU24.COM Departemen Pertahanan AS, pada hari Senin, memberikan kontrak senilai $200 juta kepada OpenAI untuk menerapkan kecerdasan buatan (AI) generatif guna digunakan di militer.

OpenAI yang berpusat di San Francisco akan mengembangkan prototipe kemampuan AI terdepan untuk mengatasi tantangan keamanan nasional kritis baik di ranah peperangan maupun perusahaan, menurut unggahan departemen tersebut mengenai kontrak yang diberikan.

Program dengan departemen pertahanan adalah kemitraan pertama di bawah inisiatif perusahaan rintisan tersebut untuk menerapkan AI di pemerintahan, menurut OpenAI.

“OpenAI berencana untuk menunjukkan bagaimana AI mutakhir dapat meningkatkan operasi administratif secara signifikan, seperti bagaimana anggota militer mendapatkan perawatan kesehatan dan juga pertahanan siber,” kata perusahaan rintisan itu dalam sebuah posting.

Semua penggunaan AI untuk militer akan konsisten dengan pedoman penggunaan OpenAI, menurut perusahaan rintisan tersebut.

Perusahaan teknologi besar makin gencar menawarkan perangkat mereka kepada militer AS, di antaranya Meta, OpenAI dan, lebih bisa diduga, Palantir, perusahaan pertahanan AI yang didirikan Peter Thiel, miliarder teknologi konservatif yang telah memainkan peran utama dalam pergeseran ke arah kanan Silicon Valley.

OpenAI dan perusahaan rintisan teknologi pertahanan Anduril Industries akhir tahun lalu mengumumkan kemitraan untuk mengembangkan dan menerapkan solusi AI untuk misi keamanan.

Aliansi ini menyatukan model OpenAI dan platform teknologi militer Anduril untuk meningkatkan pertahanan terhadap drone udara dan sistem pesawat tak berawak lainnya, menurut perusahaan tersebut.

"OpenAI membangun AI untuk memberi manfaat bagi sebanyak mungkin orang, dan mendukung upaya yang dipimpin AS untuk memastikan teknologi tersebut menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi," kata kepala eksekutif OpenAI Sam Altman saat itu.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak