RIAU24.COM - Dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump pada 19 Mei, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan bahwa Rusia menggagalkan serangan teror yang dijadwalkan menjelang perayaan Hari Kemenangan pada 9 Mei di Lapangan Merah dan area Kremlin.
Ajudan Putin, Yurii Ushakov, mengungkapkan rincian panggilan telepon tersebut kepada wartawan kantor berita Rusia TASS.
Rusia telah mengizinkan gencatan senjata selama tiga hari dengan Ukraina untuk memperingati Hari Kemenangan. Gencatan senjata ini berlangsung dari tanggal 8 Mei hingga 11 Mei.
Pada tanggal 7 Mei, Rusia diduga telah menjatuhkan 524 pesawat nirawak dan rudal Storm Shadow yang diluncurkan ke arah Ukraina.
"Hampir semuanya ditembak jatuh. Pada saat yang sama, ancaman serangan teroris di pusat ibu kota di area Kremlin dan Lapangan Merah berhasil dicegah," kata Yurii Ushakov.
Menurut laporan, hal itu dilakukan untuk mengintimidasi delegasi internasional yang hadir di ibu kota saat itu.
Tidak ada rincian lebih lanjut tentang serangan teror tersebut yang diungkapkan oleh sumber resmi mana pun.
Pada tanggal 19 Mei, setelah percakapan selama dua jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Trump menyatakan bahwa Rusia dan Ukraina akan segera memulai perundingan gencatan senjata.
Ini adalah panggilan telepon ketiga antara kedua pemimpin tersebut, sejak pelantikan Trump untuk masa jabatan keduanya.
Setelah panggilan telepon dengan Putin, Presiden Trump melakukan panggilan telepon dengan Volodymyr Zelenskyy dari Ukraina serta para pemimpin dari Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Finlandia, dan presiden Komisi Eropa.
Laporan di Financial Times mengklaim bahwa para pemimpin Eropa tidak yakin dengan kesediaan Trump untuk menekan Putin agar menyetujui kesepakatan gencatan senjata tanpa syarat.
Putin sebelumnya secara terbuka menolak perundingan tersebut.
Menurut laporan tersebut, para pemimpin Eropa khawatir bahwa Trump akhirnya akan menyetujui kesepakatan dengan Putin, yang bertentangan dengan kepentingan Ukraina.
(***)