Pilih Jalur Negosiasi, Begini Cara Indonesia Lobi AS demi Hindari Tarif

R24/riz
Airlangga Hartanto
Airlangga Hartanto

RIAU24.COM Indonesia memilih jalur negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) terkait rencana pengenaan tarif resiprokal sebesar 32 persen.

Presiden Prabowo Subianto pun mengutus tiga menteri untuk melobi langsung ke Washington DC. 

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Luar Negeri Sugiono ditugaskan sebagai tim negosiasi.

Menurut Airlangga, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diundang Presiden AS Donald Trump ke Washington DC. Kunjungan dijadwalkan berlangsung 16–23 April 2025. 

Baca Juga: Kronologi Dokter MSF yang Coba Perkosa Pasien Lewat Modus Vaksin di Luar Klinik

Indonesia akan bernegosiasi dengan tiga institusi utama AS: US Trade Representative (USTR), Secretary of Treasury, dan Secretary of Commerce. 

"Seluruhnya tentu tergantung daripada pembicaraan nanti," ujar Airlangga dalam konferensi pers usai rapat koordinasi terbatas di Jakarta, Senin (14/4). 

Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi diplomasi, termasuk proposal non-paper yang mencakup isu tarif, hambatan non-tarif, kerja sama perdagangan dan investasi, hingga sektor keuangan. 

Pemerintah juga menyiapkan rencana pembelian produk asal AS senilai 18–19 miliar dollar AS. Strategi ini dianggap sebagai pendekatan ekonomi konkret sekaligus bentuk goodwill terhadap mitra dagang utama. 

Selain itu, Indonesia membuka peluang investasi bagi perusahaan AS, serta mendorong ekspansi perusahaan RI ke pasar Amerika. Airlangga menegaskan hasil pembicaraan di Washington akan sangat menentukan. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan rencana menambah impor minyak dan liquefied petroleum gas (LPG) dari AS senilai 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 168 triliun (asumsi kurs Rp 16.810 per dollar AS).

"Presiden Prabowo mengarahkan kami untuk mengecek komoditas apa saja yang bisa dibeli dari AS. Kami dari ESDM mengusulkan impor sebagian minyak dan menambah kuota LPG," ujar Bahlil saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (15/4). 

Langkah ini diambil untuk menyeimbangkan neraca perdagangan yang selama ini surplus bagi Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan non-migas Indonesia dengan AS surplus 16,84 miliar dollar AS pada 2024.

Baca Juga: Dokter Iril Pencabul Pasien di Garut Terancam 12 Tahun Penjara 

AS selama ini mengenakan tarif tinggi terhadap negara yang mencatatkan surplus besar dalam perdagangan dengannya, termasuk Indonesia.

Bahlil menjelaskan, penambahan impor migas dari AS akan dilakukan dengan mengalihkan kuota impor dari negara lain.

"Kalau ini aja kita geser, maka defisit neraca perdagangan kita dengan Amerika itu tidak akan terjadi lagi. Neraca kita balance, ini yang kita akan lakukan," kata dia.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak