RIAU24.COM - SIAK SRI INDRAPURA — Fajar baru saja merekah di langit timur Siak. Kabut tipis masih menggantung di antara pohon sawit dan rumah-rumah kayu di pinggir jalan ketika suara mesin truk mulai meraung dari halaman gudang logistik Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Siak. Di sana, puluhan petugas berseragam oranye sibuk memuat kotak suara, bilik, dan perlengkapan pemungutan suara ke dalam truk-truk besar yang akan berangkat ke 14 kecamatan di seluruh wilayah.
Suasana begitu hidup bercampur antara semangat, tanggung jawab, dan ketegangan menjelang hari besar demokrasi. Di wajah para petugas, tampak peluh bercampur senyum. Mereka tahu, yang mereka angkut bukan sekadar barang, melainkan simbol kepercayaan rakyat: suara.
“Kami pastikan tidak ada satu pun TPS yang terlambat menerima logistik. Semua proses distribusi sudah direncanakan dengan matang, bahkan untuk daerah yang hanya bisa ditempuh lewat sungai atau jalan tanah,” ujar Ketua KPU Siak, Said Dharma Setiawan, saat melepas keberangkatan armada logistik dari gudang utama.
Distribusi logistik Pilkada Siak bukan sekadar rutinitas teknis. Ia adalah perjalanan panjang menembus alam, cuaca, dan waktu. Kabupaten Siak dikenal dengan wilayahnya yang luas dan beragam: dari kota yang modern seperti Tualang dan Kandis, hingga pelosok yang tersembunyi di balik hutan rawa dan sungai besar di Sungai Mandau dan Sabak Auh.
Setiap kotak suara harus tiba sebelum 27 November tanpa terkecuali. Itulah yang membuat petugas bekerja siang malam, menyusun rute, menyiapkan kendaraan, bahkan menyiagakan perahu di titik-titik yang tak bisa dijangkau roda truk.
Rahmad (32), salah satu petugas logistik, masih mengingat jelas perjalanan melelahkan yang ia tempuh menuju Desa Olak, Kecamatan Sungai Mandau.
“Kami berangkat pagi dari gudang, tapi baru sampai malam. Jalan licin, truk kami sempat terperosok di lumpur sampai poros roda tertanam. Kami gotong bersama-sama, lalu lanjut naik perahu kecil menyeberangi sungai. Waktu sampai, rasanya lega luar biasa. Capek, tapi bahagia,” katanya dengan mata berbinar.
Di sepanjang perjalanan, mereka tak hanya berhadapan dengan medan berat, tetapi juga hujan yang mengguyur deras dan licin yang membuat roda tak berputar. Namun semangat tak surut. Di tiap genangan, ada tekad memastikan suara rakyat tidak terhenti hanya karena rintangan alam.
Inilah Sinergi KPU, Aparat, dan Masyarakat, Dalam menjaga agar logistik tiba aman dan tepat waktu, KPU Siak tidak bekerja sendiri. Ratusan personel TNI dan Polri diterjunkan untuk mengawal perjalanan setiap truk dan perahu pengangkut logistik. Di tiap kecamatan, pemerintah setempat dan aparat desa sudah menunggu, siap membantu proses bongkar muat serta pengamanan di gudang sementara.
Setiap tahap pengiriman diawasi ketat. Kotak suara yang telah diterima akan langsung disegel, disertai berita acara serah terima, dokumentasi foto, serta laporan digital yang terkirim otomatis ke KPU Provinsi dan KPU RI. Sistem ini memastikan tidak ada ruang bagi penyimpangan, sekaligus menegaskan komitmen terhadap keterbukaan publik.
“Kita menjaga bukan hanya barang, tapi kepercayaan rakyat. Karena dari kotak inilah masa depan daerah ditentukan,” ujar Ketua Divisi Logistik KPU Siak penuh makna.
Sore hari di tepian Sungai Siak, pemandangan yang tak biasa terjadi. Perahu kayu bermuatan kotak suara bersandar di dermaga kecil. Warga berbondong-bondong datang — bukan sekadar menonton, tapi membantu. Ada yang menurunkan kotak, ada yang mengangkatnya ke darat, ada pula yang menyiapkan tempat untuk menyimpannya semalam sebelum diantar ke TPS.
“Kami senang bisa ikut bantu. Ini pesta kita semua. Kalau logistiknya aman, kami pun tenang memilih,” tutur Suryani (45), warga Kandis, sambil mengelap keringat di dahinya.
Bagi mereka, Pilkada bukan sekadar memilih bupati dan wakil bupati. Ini tentang rasa memiliki terhadap daerah, tentang menjaga marwah demokrasi yang telah mereka jalani bertahun-tahun.
Setiap surat suara diperiksa satu per satu oleh tim teknis sebelum dimasukkan ke kotak. Tak boleh ada yang cacat, sobek, atau tercetak salah. Bilik suara dipastikan kokoh, tinta pemilih disegel rapat, dan perlengkapan pendukung disusun rapi dalam paket khusus.
Seluruh gudang logistik KPU dijaga selama 24 jam penuh oleh aparat keamanan. Tidak ada ruang bagi kelalaian, karena satu kesalahan saja bisa berdampak pada kepercayaan publik.
“Kami bekerja bukan hanya untuk menyukseskan Pilkada, tapi untuk memastikan setiap warga punya kesempatan yang sama menyalurkan suaranya dengan aman dan bermartabat,” tegas Said Dharma Setiawan.
Dua Dekade Demokrasi, Cermin dari Siak
Tahun 2024 menjadi penanda 21 tahun perjalanan demokrasi elektoral Indonesia. Dari Pemilihan Kepala Daerah pertama tahun 2004 hingga kini, banyak hal telah berubah sistem, teknologi, cara kampanye, namun semangatnya tetap sama yakni menyalurkan suara rakyat.
Dan di Kabupaten Siak, semangat itu menemukan wujud paling nyata. Dari jalan berlumpur hingga gelombang sungai, dari terik siang hingga malam yang panjang, semua dilewati demi satu tujuan: agar tak satu pun suara rakyat tertinggal.
Di balik setiap kotak suara yang tiba di TPS, ada keringat petugas, ada gotong royong warga, ada doa di tengah hujan, dan ada dedikasi untuk negeri.
Distribusi logistik Pilkada Siak 2024 adalah kisah kecil dari sebuah perjalanan besar perjalanan bangsa yang terus belajar, berbenah, dan berjuang agar demokrasi tidak hanya hidup di atas kertas, tapi berdenyut di hati rakyatnya.
Karena demokrasi bukan hanya tentang siapa yang menang, tapi tentang bagaimana setiap suara dijaga dengan jujur, setiap proses dijalankan dengan tulus, dan setiap warga diberi kesempatan yang sama untuk menentukan masa depan.(*)
Oleh: Lina Lestari
Wartawati dari Kabupaten Siak Sri Indrapura, Riau