Ketegangan di Selat Taiwan Meningkat, Pesawat Tempur Tiongkok Kembali Melintasi Garis Pertahanan

R24/tya
Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Kidd, dan kapal pemotong Penjaga Pantai AS, Munro, melakukan transit di Selat Taiwan pada 27 Agustus 2021/ Reuters
Kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Kidd, dan kapal pemotong Penjaga Pantai AS, Munro, melakukan transit di Selat Taiwan pada 27 Agustus 2021/ Reuters

RIAU24.COM - Kementerian Pertahanan Nasional (MND) Taiwan menyatakan pada Jumat pagi bahwa mereka mendeteksi 11 pesawat militer Tiongkok, tujuh kapal angkatan laut, dan satu kapal resmi yang beroperasi di dekat perairannya pada pukul 6 pagi waktu setempat.

Menurut kementerian, sembilan dari 11 pesawat tersebut melintasi garis tengah Selat Taiwan dan memasuki Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) utara pulau itu.

Dalam sebuah postingan di X, Kementerian Pertahanan (MND) menyatakan, "11 pesawat PLA, 7 kapal PLAN, dan 1 kapal resmi yang beroperasi di sekitar Taiwan terdeteksi hingga pukul 6 pagi (UTC+8) hari ini. 9 dari 11 serangan udara melintasi garis tengah dan memasuki ADIZ utara Taiwan. Kami telah memantau situasi dan meresponsnya dengan tepat."

Serangan lain terjadi sehari sebelumnya

Aktivitas terbaru ini terjadi hanya sehari setelah Taiwan melaporkan satu pesawat terbang China dan lima kapal angkatan laut mendekati perairannya pada Kamis pagi.

Saat itu, Kementerian Pertahanan (MND) mengonfirmasi, "1 sorti pesawat PLA dan 5 kapal PLAN yang beroperasi di sekitar Taiwan terdeteksi hingga pukul 6 pagi (UTC+8) hari ini. 1 dari 1 sorti memasuki ADIZ utara Taiwan. #ROCArmedForces telah memantau situasi dan merespons."

Ketegangan di Selat Taiwan

Manuver militer yang sering terjadi tersebut mencerminkan meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan Taiwan.

Kedua belah pihak telah menjalin hubungan yang tegang selama beberapa dekade.

Taiwan, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Tiongkok (ROC), memerintah dengan sistem politik dan ekonominya sendiri.

Namun, Beijing mengklaim pulau itu berdasarkan prinsip ‘Satu Tiongkok,’ dengan menyatakan bahwa hanya ada satu Tiongkok, dengan ibu kotanya di Beijing.

Perselisihan ini bermula pada tahun 1949, ketika pemerintah Republik Rakyat Tiongkok mundur ke Taiwan setelah Partai Komunis mengambil alih kekuasaan di Tiongkok daratan.

Sejak saat itu, Tiongkok telah mengupayakan reunifikasi melalui tekanan diplomatik, ekonomi, dan militer.

Sikap Taiwan

Meskipun mendapat tekanan dari Beijing, Taiwan tetap mempertahankan kemerdekaan de facto-nya, didukung oleh dukungan publik di dalam negeri.

Kementerian Pertahanan Taiwan secara berkala menerbitkan informasi terbaru tentang aktivitas militer Tiongkok, dengan menyatakan bahwa hal ini merupakan bagian dari komitmennya terhadap transparansi dan kesadaran keamanan nasional.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak