Fakta di Balik Kematian Prada Lucky Chepril yang Tewas Diduga Dianiaya Senior usai 2 Bulan Dilantik Jadi TNI

R24/zura
Fakta di Balik Kematian Prada Lucky Chepril yang Tewas Diduga Dianiaya Senior usai 2 Bulan Dilantik Jadi TNI. (X/Foto)
Fakta di Balik Kematian Prada Lucky Chepril yang Tewas Diduga Dianiaya Senior usai 2 Bulan Dilantik Jadi TNI. (X/Foto)

RIAU24.COM Kasus penganiayaan kembali terjadi dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia.

Kematian dua Prajurit TNI Lucky Chepril Saputra Namo atau Prada Lucky menjadi sorotan publik usai diduga tewas dianiaya rekan seniornya pada Kamis, 6 Agustus 2025.

Anggota TNI yang baru dua bulan dilantik lulus pendidikan yan ditugaskan di batalion Pembangunan 843 Wakanga Mere, kabupaten Nagekeo, NTT.

Petugas Rumah Sakit Umum Daerah Aeramo yang mengurus jenazah Prada Lucky menyebutkan ada beberapa luka sayat dan lebam di tubuh korban. Bekas luka akibat sundutan rokok juga terlihat pada punggung prajurit TNI itu.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan darat Brigadir jenderal Wahyu Yudhayana menyebut penyelidikan atas kematian Prada Lucky dilakukan secara profesional dan transparan.

"Komitmen kami, TNI Angkatan darat akan mengusut secara tuntas dan transparansi penyebab kematian Prada Lucky," ucap Wahyu mengutip Tempo, Senin (11/8).

Wahyu mengatakan saat ini Detasemen Polisi Militer masih menyelidiki kasus tersebut. "Hingga saat ini, ada lebih dari 24 orang yang sedang diperiksa, baik sebagai terduga pelaku maupun saksi," ujarnya.

Berikut ini fakta-fakta di balik kematian Prada Lucky yang diduga dianiaya oleh sejumlah seniornya.

Prada Lucky Mengaku Dipukul hingga Dicambuk Sejumlah Prajurit

Seusai pemakaman Prada Lucky pada Sabtu, 9 Agustus 2025, ibu almarhum menceritakan dugaan kekerasan yang dialami putranya di barak TNI. Sepriana Paulina Mirpey, sang ibu, mengatakan Prada Lucky mengaku dipukuli hingga dicambuk oleh sejumlah prajurit di barak TNI.

“'Mama, saya dipukul, saya dicambuk,' katanya saat lari ke rumah mama angkatnya di Nagekeo dengan tubuh sudah terluka,” ucap Paulina di Kupang, seperti dikutip dari Antara, Sabtu, 9 Agustus 2025.

Menurut Paulina, sejak Prada Lucky pindah ke barak TNI di Nagekeo, anaknya selalu mengabarkan kondisinya dan menceritakan kegiatan mereka. Karena itu, ia gelisah saat tidak mendapat kabar dari anaknya selama dua hari penuh sehingga curiga ada sesuatu telah terjadi pada anaknya.

“Saya lalu berangkat ke sana dan menemukan anak saya dalam keadaan koma,” tutur dia. Menurut Paulina, anaknya sudah dalam keadaan kritis di RSUD Aeramo sejak 2 Agustus 2025.

Mengenai dugaan kekerasan yang dialami putranya, Paulina berharap para pelaku diberi hukuman setimpal sesuai dengan aturan.

Ayah Prada Lucky Kecewa Rumah Sakit Tolak Mengautopsi Anaknya

Lewat video yang viral di media sosial, ayah Prada Lucky, Sersan Mayor Christian Namo, menuntut hukuman bagi pelaku penganiayaan putranya. "Hukuman cuma dua buat pelaku: hukuman mati dan dipecat," ujarnya.

Dia mengatakan kecewa karena dua rumah sakit di Kota Kupang, yakni RS Tentara dan RS Polri, menolak mengautopsi anaknya. "Saya ingin agar negara hadir dan mengungkap pelaku penyebab kematian anak saya," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat, 8 Agustus 2025.

Lebih dari 20 Orang Diperiksa dan Empat Diamankan

Komando Daerah Militer IX/Udayana menyatakan ada 20 prajurit TNI AD yang diperiksa untuk mengusut kasus kematian Prada Lucky. "Dari informasi yang kami terima, ada sekitar 20 orang, tapi dalam kapasitas dimintai keterangan," kata Wakil Kepala Pendam IX/Udayana Letnan Kolonel Infanteri Amir Syarifudin di Denpasar, Bali, Jumat, 8 Agustus 2025.

Amir mengatakan 20 orang yang diperiksa sebagai saksi itu berada dalam satu satuan bersama Prada Lucky bertugas. Dari 20 orang yang diperiksa, ada empat prajurit yang dibawa oleh Subdetasemen Polisi Militer Kupang.

Meski begitu, Amir menyebutkan status keempat orang tersebut belum diketahui secara pasti, apakah mereka ditahan sebagai terduga pelaku atau dalam kapasitas lain karena proses investigasi sedang berjalan. "Empat orang itu kapasitasnya apa? Apakah dia di tahanan sifatnya untuk mengamankan ataukah memang dia terduga (belum tahu). Kami menghormati proses investigasi yang sedang berjalan," ujarnya.

Brigif Komodo Minta Publik Bersabar

Kepala Staf Brigade Infanteri (Brigif) 21 Komodo Letnan Kolonel Bayu Sigit Dwi Untoro meminta masyarakat bersabar dalam penyelidikan kematian Prada Lucky Saputra Namo. Bayu menuturkan Detasemen Polisi Militer di Kupang telah bergerak untuk mengungkap penyebab kematian Prada Lucky. “Penyelidikan tentunya ini memang memakan waktu dan memang harus diselesaikan,” tuturnya di Kupang, Sabtu, 9 Agustus 2025.

Bayu mengatakan satuannya turut menyampaikan belasungkawa dan rasa duka cita kepada keluarga atas tewasnya Prada Lucky. Hal ini disampaikannya seusai menjadi inspektur upacara dalam pemakaman Prada Lucky di TPU Kadalama di Kupang.

Ia mengklaim telah memerintahkan semua prajurit TNI yang ada di Nagekeo agar tidak ada lagi kekerasan seperti yang dialami Prada Lucky. Ia juga menyesalkan adanya isu-isu di media sosial yang menyudutkan korban di tengah duka yang melanda keluarga korban.

TNI Jamin Personel Terlibat Akan Ditindak Tegas

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam IX/Udayana Kolonel Infanteri Candra memastikan instansinya bakal menindak tegas personel yang terbukti terlibat dalam dugaan penganiayaan terhadap Prada Lucky. Dia berujar penindakan dilakukan sesuai dengan hukum dan ketentuan yang berlaku di lingkungan militer.

"Kami tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah. Namun, jika nanti terbukti bersalah, kami tindak tegas," katanya saat dihubungi pada Jumat, 8 Agustus 2025.

Candra mengatakan tindak kekerasan, penyalahgunaan wewenang, dan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh prajurit tidak dapat ditoleransi. Sebab, ujar dia, TNI berkomitmen menegakkan kedisiplinan dan memastikan semua prajurit menjunjung nilai-nilai profesionalisme. "Termasuk nilai-nilai kemanusiaan dalam pelaksanaan tugas," ucapnya.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak