Studi: Pria Cenderung Gugat Cerai Jika Istrinya Sakit, Wanita Sebaliknya

R24/dev
Studi: Pria Cenderung Gugat Cerai Jika Istrinya Sakit, Wanita Sebaliknya
Studi: Pria Cenderung Gugat Cerai Jika Istrinya Sakit, Wanita Sebaliknya

RIAU24.COM - Sebuah studi oleh peneliti Italia yang diterbitkan dalam Journal of Marriage and Family mempertimbangkan hubungan antara kesehatan dan tingkat perceraian pada orang dewasa yang lebih tua. Mereka menemukan pria cenderung menggugat cerai jika istrinya sakit.

Studi ini menggunakan data selama 18 tahun, mulai dari tahun 2004 hingga 2022, dari 25.542 pasangan heteroseksual Eropa berusia 50 hingga 64 tahun.

Hasilnya menunjukkan beberapa hal yang mengejutkan. Ketika istri jatuh sakit atau mengalami keterbatasan fisik, tingkat perceraian mulai meningkat.

"Sebaliknya, risiko perceraian tidak berubah secara signifikan ketika pria mengalami kesehatan yang dinilai buruk atau keterbatasan aktivitas dibandingkan dengan pasangan yang kesehatannya baik," kata penulis studi dikutip dari SCMP.

Pola baru 'perpecahan perak'

Psikolog Amerika Mark Travers, dengan gelar dari Cornell University di New York State dan University of Colorado Boulder, di Amerika Serikat, berpendapat bahwa hasil studi ini sebagian besar disebabkan oleh peran gender yang telah terbentuk selama beberapa dekade.

Dipengaruhi secara sosial sejak usia dini untuk menghargai keterampilan domestik, perempuan telah memikul beban tanggung jawab yang tidak adil di rumah, ujarnya.

"Harapan mendalam bahwa seorang istri akan selalu memastikan rumah tangga berjalan lancar begitu mengakar, sehingga setiap penyimpangan dari peran ini dapat terasa seperti, atau dianggap sah, sebagai keretakan dalam ikatan pernikahan," tulisnya di majalah Psychology Today.

Ini bukanlah studi pertama yang menunjukkan bahwa pernikahan lebih mungkin berakhir ketika seorang istri sakit parah dibandingkan ketika seorang suami sakit. Dalam sebuah studi terhadap orang-orang yang telah menikah yang didiagnosis menderita tumor otak atau multiple sclerosis, pasangannya lebih mungkin "ditinggalkan" ketika istrinya yang sakit.

Dalam kasus-kasus tersebut, 21 persen pernikahan berakhir. Ketika suami yang sakit parah, hanya 3 persen pasangan yang bercerai.

Dalam banyak budaya, perempuan secara tradisional merupakan pengasuh utama dalam keluarga. Ketika seorang istri jatuh sakit, sang suami mungkin kesulitan beradaptasi dengan peran pengasuh, atau sang istri mungkin tidak puas dengan perawatan yang diterimanya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan ketidakpuasan dalam pernikahan. ***
 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak