RIAU24.COM - Korban tewas akibat gempuran militer Amerika Serikat (AS) yang menghantam pusat tahanan migran di Saada, Yaman, bertambah menjadi sedikitnya 68 orang. Sekitar 47 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara Washington tersebut.
Saada merupakan wilayah yang menjadi markas kuat Houthi, dan wilayah itu sebelumnya pernah menjadi target rentetan serangan udara AS.
Kementerian Dalam Negeri Yaman, seperti dilansir Reuters, Senin (28/4), mengatakan bahwa pusat tahanan migran yang dihantam serangan udara AS itu menampung sekitar 115 migran Afrika.
Baca Juga: Temuan Baru! Labirin Berusia 20.000 Tahun dengan 3.000 Kamar Terletak di Bawah Piramida Mesir
Belum ada pernyataan resmi dari militer AS terkait serangan mematikan di Yaman itu.
Laporan media lokal Al-Masirah TV, yang dikelola Houthi, menyebut puluhan orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara yang menghantam wilayah Saada tersebut.
"Tim pertahanan sipil dan Bulan Sabit Merah terus melanjutkan upaya mereka di lokasi kejahatan Amerika tersebut," demikian dilaporkan Al-Masirah TV.
Houthi yang merupakan bagian dari "poros perlawanan" Iran terhadap AS dan sekutunya, Israel, menggambarkan diri mereka sebagai pembela Gaza selama perang berkecamuk antara Tel Aviv dan Hamas sejak Oktober 2023 lalu.
Baca Juga: Hasil Pemilu Kanada: Mark Carney dari Partai Liberal Diproyeksikan Menang
Houthi secara rutin meluncurkan rudal dan mengerahkan drone tempur ke wilayah Israel, juga menyerang kapal-kapal kargo yang melintasi rute perdagangan utama di perairan Laut Merah dan sekitarnya. Serangan-serangan itu diklaim Houthi sebagai bentuk solidaritas untuk warga Palestina di Jalur Gaza.
Dalam upaya menghentikan rentetan serangan Houthi, militer AS melancarkan operasi militer terhadap kelompok yang didukung Iran itu sejak Januari 2024 lalu.