RIAU24.COM - Seorang ibu di India berinisial BM dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami pendarahan hebat selama dua jam pasca melahirkan bayi laki-laki cukup bulan di rumah dengan bantuan penolong persalinan tradisional atau dukun beranak (dai).
Berdasarkan laporan yang dipublikasikan dalam Journal of Obstetrics and Gynecology of India berjudul "An Unusual Case of Postpartum Hemorrhage Resulting From Amputation of Uterine Inversion" pada 2003, plasenta pasien awalnya tertahan setelah proses persalinan. Penolong persalinan atau dukun beranak tersebut kemudian menarik tali pusat dengan kuat untuk membantu mengeluarkannya. Plasenta akhirnya keluar bersama uterus (rahim) yang telah mengalami inversi (terbalik).
Melihat adanya jaringan besar yang menjulur keluar, dukun tersebut kemudian memotong jaringan tersebut di tingkat introitus (pintu vagina). Karena perdarahan tak kunjung berhenti, pasien segera dirujuk ke rumah sakit.
"Pasien saat itu sadar, namun anemia sedang, sesak napas, berkeringat banyak, takikardi (nadi 140/menit), dan hipotensi dengan tekanan sistolik 70 mmHg serta diastolik tidak terukur. Laju napasnya 48 kali per menit," demikian bunyi laporan tersebut.
"Pada pemeriksaan abdomen, uterus tidak teraba dan terdapat nyeri tekan menyeluruh di perut bagian bawah. Pemeriksaan dengan spekulum menunjukkan perdarahan hebat. Pada pemeriksaan vagina, serviks dan uterus tidak teraba," lanjut laporan.
Diagnosis awal akibat perdarahan pascapersalinan berat, dengan dugaan robekan pada bagian atas vagina (kubah vagina) dan kondisi syok. Pasien langsung disiapkan untuk transfusi darah dan dibawa ke ruang operasi untuk pemeriksaan lebih lanjut di bawah pembiusan.
Saat diperiksa di ruang operasi, dokter tidak menemukan posisi serviks maupun rahim. Sebaliknya, kedua tuba falopi dan ovarium justru terlihat berada di dalam vagina. Kondisi ini mengarah pada dugaan kuat adanya ruptur atau robekan rahim setelah persalinan, sehingga dokter memutuskan melakukan operasi laparotomi darurat.
"Saat perut dibuka, rongga abdomen penuh dengan darah, dan uterus tidak terlihat. Setelah darah dibersihkan, ternyata uterus (rahim) telah terlepas seluruhnya, dan jaringan penyangga di sisi kiri dan kanan masih berdarah. Bagian yang tersisa kemudian di-jepit (clamp) dan diikat (ligasi)," kata laporan tersebut.
"Kubah vagina yang terputus ditutup dengan jahitan terputus-terputus. Setelah perdarahan berhasil dikendalikan dan drain dipasang, abdomen kemudian ditutup kembali," lanjutnya.
Setelah perdarahan dapat dikendalikan, dokter memasang selang drainase untuk mengeluarkan sisa darah atau cairan pascaoperasi sebelum menutup luka operasi. Pasien juga menerima tiga kantong darah segar serta antibiotik. ***