RIAU24.COM - Presiden AS Donald Trump pada hari Senin (17 November) mengatakan bahwa AS mungkin menawarkan jet F-35 kepada Arab Saudi.
Pernyataannya ini muncul menjelang pertemuan penting dengan Pangeran Mohammed bin Salman di Gedung Putih pada hari Selasa.
Ketika ditanya apakah AS akan setuju untuk menjual jet-jet tersebut kepada Arab Saudi, ia berkata, "Kami akan melakukannya. Kami akan menjual F-35," seraya menambahkan bahwa mereka telah menjadi sekutu yang hebat.
Mengapa hal ini penting?
Saat ini, Israel adalah satu-satunya operator F-35 di Timur Tengah, yang memberinya keuntungan besar.
Namun, Riyadh telah lama berupaya mendapatkan jet-jet canggih tersebut.
AS, hingga saat ini, hanya mengizinkan penjualan jet F-35 kepada sekutu utamanya, termasuk beberapa negara NATO dan Israel.
Pada tahun 2019, AS bahkan mengeluarkan Turki dari program F-35 karena membeli sistem pertahanan Rusia.
Hal ini karena Washington khawatir Rusia dapat memperoleh teknologi jet tersebut melalui jalur belakang.
Sementara itu, secara tertutup, para pemimpin Israel tidak senang dengan kemungkinan warga Saudi mendapatkan pesawat yang sama, lapor AFP.
Menurut laporan tersebut, para pejabat Israel telah menyuarakan kekhawatiran meskipun ada desakan untuk menormalisasi hubungan.
Perjalanan Trump-Bin Salman akan mencakup perjanjian nuklir?
Perjalanan ini diperkirakan akan membawa lebih dari sekadar berita militer.
Mengutip sumber yang mengetahui, AFP melaporkan bahwa Trump dan kerajaan Saudi juga diperkirakan akan menandatangani pakta kerja sama nuklir damai.
Kerajaan tersebut, salah satu produsen minyak terbesar dunia, bersikeras ingin mengurangi ketergantungannya pada minyak mentah dan melakukan diversifikasi ke arah tenaga nuklir, serta mengincar teknologi canggih AS yang tersedia di bawah ‘perjanjian 123.’
Para anggota parlemen diperkirakan akan mengkaji setiap kesepakatan yang dihasilkan. Para pemimpin Saudi mengatakan nuklir bukanlah tujuan utama.
Ini akan menjadi perjalanan pertama Pangeran Mohammed ke Washington sejak 2018, ketika pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi memicu kemarahan global dan sempat mengguncang hubungan kedua negara.
(***)