13 Tanda Peringatan Jika Anda Mungkin Mengalami Intoleransi Gluten

R24/dev
13 Tanda Peringatan Jika Anda Mungkin Mengalami Intoleransi Gluten
13 Tanda Peringatan Jika Anda Mungkin Mengalami Intoleransi Gluten

RIAU24.COM Gluten mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi bagi sebagian orang, gluten dapat memicu masalah kesehatan serius secara diam-diam. Tanpa tanda-tanda peringatan yang jelas, efeknya dapat luput dari perhatian yang menyebabkan kerusakan jangka panjang. Memahami respons tubuh Anda terhadap gluten sangat penting untuk melindungi kesehatan Anda.

KONTEN DISEDIAKAN HANYA UNTUK TUJUAN INFORMASI DAN TIDAK DIMAKSUDKAN SEBAGAI PENGGANTI SARAN MEDIS. ANDA HARAP MENCARI BIMBINGAN DARI DOKTER MENGENAI KESEHATAN DAN KONDISI MEDIS YANG ANDA ALAMI.

1. Alopesia

Intoleransi gluten, terutama pada kondisi seperti penyakit celiac , dapat menyebabkan kerontokan rambut , termasuk bulu  mata. Selain itu, kerusakan usus halus akibat gluten dapat mengakibatkan malabsorpsi nutrisi, yang mengakibatkan defisiensi vitamin dan mineral penting seperti seng, zat besi, dan biotin, yang semuanya penting untuk pertumbuhan rambut yang sehat.

2. Rasa logam di mulut

Rasa  logam di mulut adalah gejala aneh yang sering terabaikan dan dapat dikaitkan dengan sensitivitas gluten. Orang-orang mungkin mengalami rasa aneh ini, meskipun tidak ada penyebab yang jelas. Sensasi ini dapat bertahan lama, membuat makanan dan minuman kurang nikmat dan seringkali menyebabkan kebingungan tentang sumbernya.

Meskipun bukan gejala umum, jika Anda merasakan rasa logam yang terus-menerus setelah mengonsumsi gluten, itu bisa menjadi tanda bahwa tubuh Anda bereaksi terhadap protein ini dengan cara yang tidak terduga. Jika Anda mengalami gejala serupa, cobalah untuk mengurangi konsumsi gluten dan jangan lupa berkonsultasi dengan dokter.

3. Anggota tubuh terasa kesemutan atau mati rasa

Mati rasa atau kesemutan di tangan, kaki, atau tungkai Anda mungkin tampak tidak berhubungan dengan pola makan Anda, tetapi gluten bisa jadi penyebabnya. Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi dengan baik setelah terpapar gluten, menyebabkan peradangan yang memengaruhi saraf.

Gejala-gejala ini seperti mati rasa, kesemutan, atau bahkan sedikit lemas, dapat menyerupai kondisi lain. Namun, jika gejala-gejala tersebut muncul kembali setelah mengonsumsi gluten, hal itu mungkin mengindikasikan sensitivitas.

4. Masalah gastrointestinal

Gejala sensitivitas gluten seringkali menyerang sistem pencernaan — mual , kembung, diare , sakit perut, atau bahkan sembelit . Karena gejala-gejala ini tumpang tindih dengan banyak masalah pencernaan lainnya, orang-orang sering salah didiagnosis dengan sindrom iritasi usus besar (IBS), yang memengaruhi hingga  15 % populasi global. Namun, bagi mereka yang benar-benar sensitif terhadap gluten, kesalahan diagnosis tersebut dapat menunda pertolongan yang tepat, membuat mereka terjebak dalam siklus ketidaknyamanan dan kebingungan yang tak berkesudahan.

5. Perubahan berat badan tanpa alasan

Intoleransi gluten dapat memicu perubahan berat badan yang tak terduga  — beberapa orang menurunkan berat badan tanpa usaha, sementara yang lain naik dengan cepat. Fluktuasi ini sering kali disebabkan oleh peradangan dan gangguan metabolisme. Meskipun perubahan berat badan yang tiba-tiba dapat menandakan berbagai kondisi, jika muncul bersamaan dengan masalah pencernaan atau penyerapan nutrisi, sensitivitas gluten mungkin merupakan penyebab tersembunyi.

6. Masalah ketidakseimbangan hormon

Intoleransi gluten sering dikaitkan dengan ketidakseimbangan hormon , yang dapat muncul sebagai siklus menstruasi yang tidak teratur, perubahan berat badan yang tiba-tiba, PMS, atau bahkan gangguan tidur. Gangguan ini cenderung meningkat selama transisi hormonal utama seperti pubertas, kehamilan, atau menopause — dan paling sering terjadi pada wanita.

7. Masalah pada sistem saraf pusat

Gluten berkontribusi pada peningkatan peradangan dan permeabilitas usus, yang menyebabkan berbagai gejala neurologis dan psikologis. Gejala-gejala ini dapat meliputi kesulitan berkonsentrasi, depresi , kecemasan , insomnia , kelelahan, mudah tersinggung, dan " kabut otak ", yang membuat seseorang kesulitan mempertahankan fokus atau kejernihan berpikir.

Penelitian juga menunjukkan bahwa orang dengan intoleransi gluten lebih mungkin mengalami migrain dibandingkan orang lain. Meskipun sakit kepala dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, mereka yang sensitif terhadap gluten mungkin merasakan  sakit kepala 30-60 menit setelah mengonsumsi makanan yang mengandung gluten .

8. Masalah kulit dan kuku

Intoleransi gluten berkaitan erat dengan kondisi kulit tertentu , termasuk keratosis pilaris dan dermatitis herpetiform. Gejalanya sering kali berupa ruam gatal yang dapat muncul di tangan, badan, wajah, bokong, siku, atau di sepanjang garis rambut . Selain itu, sensitivitas gluten dapat menyebabkan kuku menjadi lemah dan rapuh, serta iritasi kulit lainnya yang menyerupai eksim, yang mungkin disebabkan oleh penyumbatan yang disebabkan oleh gluten di dalam tubuh.

9. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas

Gangguan Hiperaktivitas Defisit Perhatian ( ADHD ) adalah kondisi lain yang mungkin terkait dengan intoleransi gluten. Gangguan ini , yang memengaruhi anak-anak dan orang dewasa , ditandai dengan rentang perhatian yang pendek dan kesulitan mengendalikan diri. Bukti yang muncul menunjukkan bahwa menerapkan pola makan bebas gluten dapat membantu meringankan beberapa gejala yang terkait dengan ADHD.

10. Kondisi gigi yang buruk

Intoleransi gluten dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan mineral penting di usus, termasuk kalsium . Kekurangan ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut , seperti hipersensitivitas email, kerusakan gigi, gigi berlubang, dan sariawan . Jika Anda menjaga kebersihan mulut dengan baik tetapi terus mengalami masalah ini, konsumsi gluten mungkin menjadi penyebabnya.

11. Anemia defisiensi besi

Penyakit celiac sering didiagnosis akibat anemia defisiensi besi , suatu kondisi di mana tubuh kekurangan zat besi. Gejala anemia ini meliputi kelelahan, sesak napas, sakit kepala, kulit dan selaput lendir pucat, bahkan artritis . Hal ini terjadi karena intoleransi gluten mengganggu kemampuan usus untuk menyerap zat besi dengan baik, yang menyebabkan defisiensi meskipun asupan makanan telah terpenuhi.

12. Penyakit autoimun

Banyak individu dengan penyakit autoimun memiliki riwayat intoleransi gluten. Penyakit celiac, suatu gangguan autoimun, terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel usus setelah mengonsumsi gluten . Tantangan ini diperparah oleh fakta bahwa penyakit celiac dapat meningkatkan risiko berkembangnya kondisi autoimun lainnya, termasuk tiroiditis autoimun, penyakit hati autoimun, penyakit Crohn, diabetes, vitiligo, artritis reumatoid, dan sklerosis multipel.

13. Masalah batu amandel

Meskipun belum banyak diteliti, observasi klinis menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara sensitivitas gluten dan batu amandel. Banyak pasien melaporkan bahwa batu ini  —endapan kecil yang mengeras di amandel—berkurang secara signifikan atau bahkan hilang setelah beralih ke pola makan bebas gluten, yang menunjukkan adanya hubungan inflamasi yang mendasarinya. ***

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak