RIAU24.COM - Miliarder Elon Musk berpotensi meninggalkan jabatan CEO Tesla jika paket gaji yang diusulkannya senilai $1 triliun ditolak oleh para pemegang saham dalam rapat umum tahunan perusahaan pada 6 November, demikian peringatan Ketua Robyn Denholm pada hari Senin (27 Oktober).
Hal ini muncul di tengah kritik berulang terhadap dewan direksi perusahaan karena dianggap tidak bertindak demi kepentingan terbaik para pemegang sahamnya, di mana para pakar tata kelola dan kelompok advokasi mempertanyakan independensi dan pengawasan perusahaan terhadap pengaruh Musk.
Dalam suratnya kepada investor, Denholm mengatakan bahwa rencana berbasis kinerja dirancang untuk menjaga Musk tetap termotivasi untuk terus memimpin Tesla setidaknya selama tujuh setengah tahun lagi, Reuters melaporkan.
Denholm mengatakan bahwa kepemimpinan Musk ‘kritis’ bagi kesuksesan perusahaan pembuat mobil listrik tersebut.
Ia memperingatkan bahwa tanpa rencana yang memberikan insentif yang tepat, Tesla bisa kehilangan ‘waktu, bakat, dan visinya.’
“Peran Musk sangat penting karena Tesla berupaya untuk berekspansi di bidang kecerdasan buatan dan teknologi otonom,” ujarnya.
Paket yang diusulkan akan memberikan Musk 12 blok opsi saham jika Tesla mencapai target besar, termasuk kapitalisasi pasar sebesar $8,5 triliun dan terobosan dalam teknologi mengemudi otonom dan robotika.
Jika disetujui, paket tersebut akan menambah kekayaan Musk sebesar $900 miliar, menjadikannya seorang triliuner.
Saat ini, Musk memiliki kekayaan bersih lebih dari $400 miliar, menurut Forbes.
Namun, hal ini hanya mungkin terjadi jika nilai saham Tesla meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Dewan direksi Tesla telah diawasi ketat selama bertahun-tahun atas hubungannya yang erat dengan Musk.
Awal tahun ini, pengadilan Delaware membatalkan kesepakatan gaji Musk tahun 2018 yang menyatakan bahwa kesepakatan tersebut diberikan dan dinegosiasikan secara tidak patut oleh para direktur yang tidak sepenuhnya independen.
(***)