RIAU24.COM - Kementerian Luar Negeri Rusia telah memperingatkan warganya mengenai perjalanan ke AS.
Imbauan tersebut telah memberi tahu mereka tentang potensi risiko dan mereka telah diminta untuk mengevaluasi potensi risiko tersebut.
Imbauan perjalanan ini muncul setelah insiden baru-baru ini di mana warga negara Rusia ditahan oleh lembaga penegak hukum di AS.
Penahanan ini dilakukan atas tuduhan yang meragukan, termasuk dugaan penculikan anak-anak mereka sendiri ketika mencoba meninggalkan negara tersebut.
Kementerian menyoroti adanya kemunduran yang meresahkan dalam ‘praktik keji’ penegakan hukum AS.
Khususnya, warga negara Rusia – terutama perempuan – telah ditahan atas apa yang dianggap kementerian sebagai tuduhan tak berdasar, yaitu penculikan anak di bawah umur yang lahir dari pernikahan dengan warga Amerika.
Dalam pernyataannya, kementerian sangat menyarankan agar wisatawan Rusia mempertimbangkan dengan saksama semua kemungkinan bahaya sebelum mengunjungi Amerika Serikat dan, jika memungkinkan, menghindari perjalanan tersebut sama sekali.
Banyak contoh yang menggarisbawahi kekhawatiran ini.
Meskipun kementerian menahan diri untuk tidak mengungkapkan detail pribadi, mereka berbagi kasus penting yang menggambarkan masalah ini.
Musim semi lalu, seorang perempuan Rusia ditahan saat tiba di bandara New York setelah mantan suaminya menuduhnya mengambil putri mereka secara ilegal dari rumah mereka.
Pihak berwenang AS mengabaikan konteks penting, seperti akta kelahiran anak tersebut, yang menunjukkan tidak adanya nama ayah, dan hanya mengandalkan hasil tes DNA yang diberikan oleh mantan suaminya.
Yang memperparah masalah ini, anak keduanya, yang telah ia bawa ke AS untuk diambil, sedang bersama mantan suaminya saat ia ditahan.
Kementerian Luar Negeri menganggap insiden ini sebagai bentuk penyanderaan yang bertujuan mengembalikan anak tersebut ke Amerika Serikat.
Kedutaan Besar Rusia di Washington terlibat aktif, memberikan bantuan konsuler dan hukum kepada perempuan yang ditahan tersebut.
Kementerian telah memastikan bahwa mereka akan menuntut pembebasannya dan penyatuan kembali dirinya dengan anak-anaknya, menegaskan bahwa penyelesaian situasi ini harus mengikuti prosedur hukum dan beradab.
Sementara itu, putrinya saat ini tinggal di Rusia bersama neneknya, yang menerima dukungan melalui Komisioner Presiden Rusia untuk Hak Anak untuk mendapatkan perwalian.
(***)