RIAU24.COM - Para negosiator di Amerika Serikat dan Tiongkok telah menyelesaikan perjanjian kerangka kerja mengenai pengalihan operasi TikTok di AS.
Rincian umum kesepakatan yang diusulkan belum dirilis secara resmi.
Namun, laporan menyebutkan bahwa sebuah konsorsium investor akan mengambil alih operasi TikTok di negara tersebut.
Oracle Corp, Andreessen Horowitz, dan perusahaan ekuitas swasta Silver Lake Management LLC kemungkinan akan mengambil alih operasi TikTok setelah Presiden AS Donald Trump membahas dan menyelesaikan kesepakatan tersebut setelah bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada hari Jumat.
Perjanjian tersebut akan menciptakan versi aplikasi media sosial berbasis AS, dan Oracle, Andreessen, dan Silver Lake akan berada dalam konsorsium usaha baru tersebut.
Berikut rincian awal kesepakatan TikTok AS-Tiongkok
Kepemilikan saham ByteDance Ltd., perusahaan induk TikTok milik Tiongkok, akan dikurangi hingga di bawah 20 persen, lapor Bloomberg.
Kesepakatan tersebut dicapai di Madrid setelah negosiasi yang alot, beberapa bulan setelah Amerika Serikat mengesahkan undang-undang yang mewajibkan perusahaan yang berbasis di Beijing tersebut untuk melakukan divestasi atau menghadapi larangan di pasar Amerika.
Para anggota parlemen AS mengutip kekhawatiran keamanan nasional karena tidak memberi perusahaan Tiongkok itu pilihan lain selain melepaskan kendali atas operasinya di AS.
Jika kesepakatan diselesaikan setelah pembicaraan Trump-Xi, transaksi tersebut akan memungkinkan TikTok beroperasi di AS.
Oracle, raksasa layanan cloud, akan terus menyediakan layanannya untuk TikTok di AS.
Perusahaan akan menyimpan datanya di AS. Proyek ini akan disebut Project Texas.
Hingga saat ini belum jelas keseluruhan struktur kepemilikan saham dan perusahaan atau individu mana saja yang akan memegang saham di raksasa media sosial tersebut.
Seorang pejabat China mengatakan kepada badan tersebut bahwa perusahaan China dapat memberi lisensi kepada perusahaan Amerika untuk mengembangkan algoritmanya untuk operasi Amerika.
CNN melaporkan, mengutip sumber, bahwa konsorsium tersebut juga akan dioperasikan oleh dewan mayoritas AS, termasuk anggota yang ditunjuk oleh pemerintahan Trump.
(***)