RIAU24.COM - Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani mendesak komunitas internasional menolak standar ganda dalam menyikapi konflik di Gaza dan meminta pertanggungjawaban Israel.
Seruan itu ia sampaikan pada Minggu (14/9), menjelang KTT darurat Arab dan Islam yang digelar menanggapi serangan udara Israel terhadap anggota Hamas di Doha pekan lalu.
Serangan mematikan tersebut, yang dilakukan Israel terhadap negara tetangga yang juga menjadi mitra utama Washington, memicu kecaman luas.
Presiden AS Donald Trump ikut mengkritik langkah Israel, meski tetap mengirim Menteri Luar Negeri Marco Rubio ke Tel Aviv sebagai bentuk dukungan.
Baca Juga: Korea Utara Makin Gencar Hukum Mati warga yang Kedapatan Nonton Film AsingĀ
KTT darurat pada Senin (15/9) diharapkan menjadi ajang persatuan negara-negara Teluk dan dunia Islam dalam menekan Israel, yang menghadapi seruan global semakin kuat untuk mengakhiri perang di Gaza.
"Waktunya telah tiba bagi komunitas internasional untuk berhenti menggunakan standar ganda dan menghukum Israel atas semua kejahatan yang telah dilakukannya,” kata Sheikh Mohammed dikutip AFP, Senin (15/9).
"Yang mendorong Israel untuk melanjutkan adalah kebisuan, ketidakmampuan komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawabannya," sebutnya.
Sheikh Mohammed juga menegaskan bahwa perang pemusnahan Israel di Gaza tidak akan berhasil.
Sejumlah pemimpin dipastikan hadir dalam KTT, termasuk Presiden Iran Masoud Pezeshkian, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, serta Presiden Palestina Mahmud Abbas yang tiba di Doha pada Minggu.
Masih belum jelas apakah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman akan menghadiri langsung pertemuan, meski ia telah berkunjung ke Qatar awal pekan ini sebagai bentuk dukungan.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari menyebut agenda utama KTT adalah membahas rancangan resolusi mengenai serangan Israel terhadap Negara Qatar.
Elham Fakhro, peneliti dari Harvard Middle East Initiative, menilai KTT ini akan dimanfaatkan negara-negara Teluk untuk menekan Amerika Serikat.
Baca Juga: Trump Mengisyaratkan Kesepakatan TikTok Bisa Gagal, Sebut Tiongkok Sebagai Faktor Kunci
"Mereka akan mendesak Washington agar mengendalikan Israel. Mereka juga akan mengupayakan jaminan keamanan AS yang lebih kuat, karena tindakan Israel telah merusak kredibilitas AS sebagai mitra keamanan," sebutnya.
Sementara itu, Karim Bitar, dosen Timur Tengah di Universitas Sciences Po Paris, menyebut pertemuan tersebut sebagai ujian lakmus bagi dunia Arab dan Muslim.
"Yang mereka harapkan hari ini adalah sinyal yang sangat penting, tidak hanya kepada Israel tetapi juga kepada Amerika Serikat, bahwa waktunya telah tiba bagi komunitas internasional untuk berhenti memberikan cek kosong ini kepada Israel," ucapnya.