Militer Israel Mulai Operasi Tahap Awal Pencaplokan Kota Gaza 

R24/zura
Potret dari Pesawat tempur militer Israel yang melakukan penyebrangan saat warga Gaza lakukan pengambilan bantuan kemanusiaan. (X/Foto)
Potret dari Pesawat tempur militer Israel yang melakukan penyebrangan saat warga Gaza lakukan pengambilan bantuan kemanusiaan. (X/Foto)

RIAU24.COM -Militer Israel memulai operasi militer untuk mengambil alih Kota Gaza. Klaim penguasaan pinggiran kota disampaikan setelah ribuan tentara cadangan dikerahkan. 

Langkah ini memicu kecaman keras dari berbagai pihak internasional yang menilai serangan tersebut hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan dan mengubur prospek perdamaian di Timur Tengah.

Juru bicara militer Israel, Brigadir Jenderal Effie Defrin, Kamis (21/8/2025), mengatakan bahwa pasukan Israel telah memasuki wilayah pinggiran Kota Gaza. Ia menyebut Hamas telah berada dalam posisi terdesak setelah serangan awal dilancarkan.

“Kami telah memulai tahap pertama operasi ke Kota Gaza. Saat ini pasukan IDF (Angkatan Pertahanan Israel) sudah menguasai pinggiran kota,” ujar Defrin, seperti dikutip Reuters.

Menurut Defrin, pengerahan pasukan cadangan skala besar telah dilakukan sejak Rabu (20/8). Lebih dari 60.000 prajurit dipanggil untuk mendukung operasi tersebut. 

Kabinet keamanan Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya menyetujui rencana perluasan serangan di Jalur Gaza dengan target merebut pusat kota.

Respons Hamas

Hamas merespons keras pengumuman Israel. Dalam pernyataannya, kelompok tersebut menuduh Netanyahu menghalangi kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi mediator internasional.

“Pengumuman hari ini menunjukkan pengabaian terang-terangan terhadap upaya para mediator untuk menghentikan perang. Netanyahu adalah penghalang nyata dari setiap kesepakatan,” demikian pernyataan Hamas yang dikutip AFP.

Hamas menyebut telah menyetujui proposal terbaru yang diajukan Qatar dan Mesir mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera. 

Namun, menurut Hamas, Netanyahu justru menolak dengan alasan ingin melanjutkan operasi militer.

Kecaman Dunia

Rencana Israel mencaplok Kota Gaza menimbulkan gelombang kecaman internasional. Presiden Prancis Emmanuel Macron menilai langkah Israel berisiko menyeret kawasan ke dalam “perang permanen” dan hanya akan membawa bencana kemanusiaan bagi warga Palestina dan Israel.

“Operasi ini hanya akan memperburuk penderitaan kedua bangsa. Kawasan berisiko masuk ke dalam perang tanpa akhir,” kata Macron. Ia kembali menyerukan misi stabilisasi internasional.

Jerman melalui juru bicara pemerintah, Steffen Meyer, menyampaikan keberatan serupa. Berlin menilai langkah Israel semakin sulit dipahami karena justru menjauhkan peluang pembebasan sandera maupun gencatan senjata.

Dari Moskwa, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyebut operasi militer Israel telah mematikan semua prospek perdamaian. 

“Agresi Israel telah menimbulkan pembantaian dan kelaparan, serta merusak solusi dua negara,” ujar Safadi.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata segera. 

“Sangat penting menghentikan operasi militer di Gaza untuk menghindari kematian dan kehancuran lebih lanjut,” katanya.

Israel Buka Negosiasi

Di tengah operasi militer, Netanyahu mengumumkan langkah negosiasi untuk membebaskan sandera yang masih ditahan Hamas. 

“Saya menyetujui rencana IDF menguasai Kota Gaza sekaligus memerintahkan negosiasi segera bagi pembebasan sandera,” ujarnya.

Menurut Netanyahu, dua hal itu—mengalahkan Hamas dan membebaskan sandera—harus berjalan beriringan.

Para mediator dari Qatar dan Mesir hingga kini masih menunggu kesepakatan kedua belah pihak. 

Namun, dengan operasi darat yang terus berlangsung, upaya mediasi diperkirakan akan semakin sulit.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak