Peretas Menyerang Sistem Peradilan AS, Identitas Informan Dibobol

R24/tya
Gambar representatif /pexels
Gambar representatif /pexels

RIAU24.COM - Serangan peretasan besar-besaran pada sistem pengarsipan pengadilan federal AS mungkin telah membahayakan identitas informan pengadilan rahasia, pernyataan sebuah laporan di situs web Politico pada hari Rabu (6 Agustus).

Apa saja yang terdampak dalam peretasan pengadilan AS?

Peretasan tersebut menargetkan sistem pengarsipan perkara elektronik peradilan AS.

Sistem manajemen perkara tersebut berisi informasi sensitif, termasuk dakwaan dan surat perintah penangkapan.

Peretasan tersebut kemungkinan telah mengungkap data pengadilan yang sensitif di beberapa negara bagian, menurut laporan Politico, mengutip dua orang yang mengetahui masalah tersebut.

Sistem pengarsipan mencakup manajemen kasus/berkas kasus elektronik, atau CM/ECF. Sistem ini digunakan untuk mengunggah dan mengelola dokumen kasus.

Sistem ini juga memiliki Akses Publik ke Catatan Elektronik Pengadilan, atau PACER, yang memberikan publik akses berbayar ke beberapa data.

Puluhan berkas pengadilan AS dirusak dalam serangan peretasan

Sebuah sumber mengatakan kepada Politico bahwa hampir selusin berkas pengadilan dirusak di satu distrik pengadilan.

Pada bulan Juni, Michael Scudder, ketua Komite Teknologi Informasi untuk badan pembuat kebijakan nasional pengadilan federal, telah menyampaikan kepada panel Kongres bahwa penggantian CM/ECF dan PACER merupakan prioritas utama bagi peradilan federal.

Pengembangan sistem yang lebih modern harus dilakukan secara bertahap, ujarnya.

Ia menggambarkan CM/ECF dan Pacer sebagai sistem tulang punggung yang digunakan oleh pengadilan federal untuk operasi sehari-hari.

Mata-mata asing telah menargetkan sistem manajemen kasus AS di masa lalu

Peretasan terbaru menunjukkan bahwa sistem pengajuan pengadilan federal rentan di tengah serangkaian ancaman keamanan siber.

Mata-mata asing juga telah menargetkan sistem pengajuan kasus di masa lalu, yang menyebabkan Kantor Administratif Pengadilan AS menambahkan prosedur keamanan baru pada tahun 2021.

Pada tahun 2022, tiga aktor asing yang bermusuhan menargetkan sistem pengajuan dokumen pengadilan.

Jerry Nadler, Ketua Komisi Kehakiman DPR saat itu, mengatakan bahwa peretasan tersebut terjadi sejak awal tahun 2020.

Nadler mengatakan bahwa itu adalah pelanggaran yang 'sangat luas dan luas cakupannya.’

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak