Rusia dan Tiongkok Gelar Latihan Gabungan Beberapa Hari Setelah Trump Memindahkan Kapal Selam Nuklir AS

R24/tya
Beberapa kapal yang terlibat dalam latihan gabungan Rusia-Tiongkok /net
Beberapa kapal yang terlibat dalam latihan gabungan Rusia-Tiongkok /net

RIAU24.COM Rusia dan Tiongkok menggelar beberapa latihan militer gabungan yang eksplosif dalam lima hari terakhir hingga Selasa (5 Agustus), hanya beberapa hari setelah Presiden Donald Trump memerintahkan pemindahan kapal selam nuklir AS sebagai tanggapan atas retorika provokatif mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev terkait perang Ukraina.

Meskipun latihan-latihan ini telah direncanakan sebelumnya, simbolisme kekuatan senjata dan penggunaan senjata anti-kapal selamnya tidak boleh diabaikan.

Latihan maritim Rusia dan Tiongkok termasuk latihan perang anti-kapal selam

Latihan bertajuk ‘Interaksi Maritim – 2025’ ini digelar pada 1-5 Agustus di dekat Vladivostok, Rusia, di lepas Laut Jepang.

Latihan ini meliputi penyelamatan kapal selam, perang anti-kapal selam, pertahanan udara dan rudal, pertempuran maritim, serta latihan artileri gabungan.

Admiral Tributs Rusia, sebuah kapal anti-kapal selam besar, kapal selam diesel-listrik, dan aset penerbangan angkatan laut dikerahkan dalam latihan tersebut.

Kapal perusak berpeluru kendali Tiongkok, Shaoxing dan Urumqi, setidaknya satu kapal selam diesel-listrik, dan sebuah kapal penyelamat kapal selam turut serta dalam latihan tersebut.

Kemampuan maritim canggih Rusia dan Tiongkok dipamerkan

Penyertaan kapal perusak, kapal selam, dan aset pertahanan udara menunjukkan bahwa kedua negara sedang bersiap menghadapi skenario angkatan laut berintensitas tinggi.

Pesan geopolitik tersebut jelas terlihat dari laporan di media Rusia dan Tiongkok, yang keduanya dikendalikan negara.

Narasi di sana membingkai latihan tersebut sebagai perlawanan terhadap hegemoni AS dan dominasi global.

Tujuan, konteks strategis latihan gabungan angkatan laut Rusia-Tiongkok

Latihan ini bertujuan untuk memperdalam kerja sama strategis Rusia-Tiongkok dalam kemitraan pertahanan tahunan mereka.

Latihan ini digambarkan sebagai tidak bermusuhan terhadap pihak ketiga, tetapi secara luas ditafsirkan sebagai respons terhadap meningkatnya kehadiran militer AS di kawasan tersebut.

Latihan tersebut, yang sebenarnya telah direncanakan sebelumnya, dimulai tepat setelah pengumuman Trump pada 1 Agustus tentang penempatan kembali dua kapal selam nuklir AS.

Oleh karena itu, latihan tersebut pasti akan dipandang sebagai langkah balasan simbolis oleh Rusia dan Tiongkok.

Akankah China bergabung dengan Rusia dalam perang laut melawan AS?

Meskipun masih terlalu dini untuk membuat asumsi semacam itu, tanda-tanda koordinasi strategis antara Rusia dan Tiongkok tidak dapat diabaikan.

Ini merupakan bagian dari upaya kedua negara untuk memperkuat Kemitraan ‘Tanpa Batas,’ perjanjian tahun 2022 yang menekankan perlawanan bersama terhadap pengaruh AS.

Latihan seperti Joint Sea-2025 menunjukkan semakin kuatnya interoperabilitas militer kedua negara.

Namun secara resmi, baik Tiongkok maupun Rusia tidak menunjukkan sikap bermusuhan.

Keterlibatan militer Tiongkok secara langsung sangat kecil kemungkinannya jika terjadi permusuhan langsung antara Rusia dan AS.

Baik pemerintah Rusia maupun Tiongkok telah secara terbuka menyatakan bahwa latihan militer tersebut tidak menargetkan negara ketiga mana pun.

China dengan hati-hati menghindari keterlibatan atau provokasi militer langsung apa pun terhadap AS, dengan pernyataan resmi yang secara teratur menekankan pada 'perdamaian dan stabilitas regional.'

Saat ini, militer China fokus pada Taiwan dan Laut China Selatan.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak