Pendapatan Tesla Menurun Tajam di Tengah Kontroversi Politik dan Perubahan Kebijakan

R24/tya
Logo kendaraan listrik Tesla terpasang pada sebuah mobil di luar dealer di Drogenbos, Belgia, 25 November 2023 /Reuters
Logo kendaraan listrik Tesla terpasang pada sebuah mobil di luar dealer di Drogenbos, Belgia, 25 November 2023 /Reuters

RIAU24.COM - Laporan pendapatan kuartalan Tesla baru-baru ini mengungkapkan penurunan pendapatan yang tajam, menandai penurunan terbesarnya dalam lebih dari satu dekade.

Pendapatan kuartal kedua perusahaan turun 12 persen menjadi $22,5 miliar, turun dari $25,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Meskipun ada upaya untuk menyegarkan Model Y dan memperluas layanan kendaraan otonom, Tesla terus bergulat dengan dampak tantangan eksternal, termasuk ketegangan politik dan perubahan regulasi.

Penurunan pendapatan Tesla disebabkan oleh beberapa faktor utama, termasuk penurunan signifikan dalam pengiriman kendaraan, yang turun sebesar 14 persen pada kuartal kedua.

Selain itu, berakhirnya kredit pajak federal untuk kendaraan listrik, bagian dari paket fiskal besar-besaran yang diperkenalkan oleh Presiden AS Donald Trump, menambah tekanan.

Hilangnya insentif ramah lingkungan ini diperkirakan akan semakin menekan penjualan Tesla dalam beberapa bulan mendatang.

CEO Elon Musk mengakui kesulitan yang dialami perusahaan dalam panggilan pendapatan, menyatakan bahwa Tesla mungkin menghadapi beberapa kuartal yang sulit karena menyesuaikan diri dengan perubahan lanskap regulasi.

Penghapusan insentif pajak dan dampak tarif yang lebih tinggi, terutama pada komponen kendaraan yang bersumber dari luar negeri dari Tiongkok, telah menciptakan lingkungan yang tidak pasti bagi produsen kendaraan listrik tersebut.

Margin operasi Tesla juga turun, menjadi 4,1 persen dari 6,3 persen pada tahun sebelumnya.

Aktivitas politik Musk berkontribusi pada kerusakan merek

Perjuangan Tesla juga diperparah oleh meningkatnya keterlibatan politik Musk.

Aktivitas politiknya baru-baru ini, seperti dukungannya yang kontroversial terhadap kebijakan mantan Presiden Trump dan pembentukan partai politik baru, ‘America Party’, telah menuai kritik.

Kedekatan Musk dengan Trump, ditambah masa jabatannya di Departemen Efisiensi Pemerintah (Doge), yang menyebabkan PHK besar-besaran di tingkat federal, telah mengasingkan beberapa konsumen dan investor.

Dampak negatif ini tampaknya telah merusak citra merek Tesla, terutama di Eropa dan AS.

Perubahan kesetiaan politik Musk, termasuk dukungan terhadap partai-partai sayap kanan, telah menimbulkan pertanyaan tentang fokusnya pada Tesla dan apakah tindakan politiknya dapat semakin merusak reputasi perusahaan.

Robotaxis dan AI sebagai penggerak pertumbuhan masa depan Tesla

Meskipun menghadapi tantangan, Musk tetap optimistis terhadap pertumbuhan Tesla di masa depan, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI) dan kendaraan otonom.

Tesla meluncurkan layanan robotaxi di Austin, Texas, bulan lalu sebagai bagian dari upayanya menuju teknologi kendaraan otonom.

Musk menekankan bahwa peluncuran robotaxi dan robot humanoid bertenaga AI milik perusahaan akan menjadi kunci kesuksesan jangka panjang Tesla.

Selain itu, Musk menegaskan kembali upaya Tesla untuk membangun kendaraan listrik yang lebih terjangkau, yang diperkirakan akan mulai diproduksi massal pada paruh kedua tahun 2025.

Namun, terlepas dari proyeksi optimis ini, Tesla menghadapi tekanan berkelanjutan dari kekuatan politik dan pasar yang dapat terus memengaruhi kinerja jangka pendeknya.

Laba kuartalan Tesla menjadi pengingat akan berbagai tantangan yang dihadapinya, mulai dari tekanan regulasi hingga kontroversi politik.

Meskipun prospek jangka panjang perusahaan tetap bergantung pada ambisi AI dan robotaxi-nya, CEO tersebut yakin bahwa kuartal-kuartal mendatang akan sulit karena perusahaan menavigasi lanskap yang terus berubah.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak