RIAU24.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini meminta negara-negara mulai memberikan obat yang baru disetujui untuk mencegah paparan human immunodeficiency virus (HIV), terutama bagi kelompok berisiko di tengah beban kasus tinggi. Rekomendasi tersebut menyusul izin Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau US Center for Disease Control and Prevention (CDC) terkait lenacapavir.
Lenacapavir dalam uji coba untuk pencegahan, terbukti secara signifikan mengurangi risiko infeksi dan memberikan perlindungan, hampir menyeluruh pada HIV pasca disuntikkan dua kali setahun.
"Rekomendasi baru ini dirancang untuk penggunaan di dunia nyata. WHO bekerja sama erat dengan negara-negara dan mitra untuk mendukung implementasinya," ujar Dr. Meg Doherty, Direktur Departemen Program Global HIV, Hepatitis, dan Infeksi Menular Seksual WHO, dikutip dari CNN, Selasa (15/7/2025).
"Rekomendasi pertama adalah dalam suntikan jangka panjang, lenacapavir harus ditawarkan sebagai pilihan pencegahan tambahan bagi orang yang berisiko terinfeksi HIV dan sebagai bagian dari pencegahan kombinasi. Dengan demikian, kami menyebutnya rekomendasi kuat dengan tingkat kepastian bukti sedang hingga tinggi," kata Doherty.
HIV terutama menyebar melalui hubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik. Bisa menyerang sistem kekebalan tubuh dan bila tidak diobati, dapat menyebabkan AIDS. Secara global, sekitar 40 juta orang hidup dengan HIV pada akhir 2023, menurut WHO.
Kekhawatiran seputar pendanaan untuk upaya pencegahan HIV global meningkat.
Di Amerika Serikat, satu-satunya negara lenacapavir telah menerima persetujuan untuk pencegahan HIV sejauh ini, obat tersebut dijual dengan harga USD 28.218 atau sekitar Rp 400 juta untuk pencegahan HIV. Biayanya serupa dengan harga pilihan obat pencegahan lainnya, menurut Gilead.
"Lenacapavir dapat mengubah arah epidemi HIV secara fundamental, tetapi hanya jika menjangkau orang-orang yang paling membutuhkannya," kata Peter Sands, Direktur Eksekutif Global Fund, dalam siaran pers.
"Ambisi kami adalah menjangkau 2 juta orang yang saat ini sudah melakukan pengobatan jangka panjang. Tetapi kami hanya dapat melakukannya jika dunia meningkatkan sumber daya yang dibutuhkan. Ini adalah momen penting," sorotnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan dalam sebuah laporan yang dirilis Kamis, jutaan orang dapat meninggal akibat HIV pada 2029 jika pendanaan untuk program HIV hilang secara permanen.
Di antara 60 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang termasuk dalam laporan tersebut, 25 negara telah mengindikasikan peningkatan anggaran domestik mereka untuk upaya penanggulangan HIV tahun depan. Namun, laporan tersebut mencatat hal itu mungkin tidak cukup untuk menggantikan skala pendanaan internasional yang sangat diandalkan oleh negara-negara ini. ***