RIAU24.COM - Demonstran memadati jalan-jalan, taman-taman, dan alun-alun di seluruh Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (14/6) untuk memprotes Presiden Donald Trump.
Gelombang demonstrasi bertajuk "No Kings" berlangsung serentak. Aksi ini menjadi bentuk protes terhadap kepemimpinan Presiden Donald Trump yang dinilai otoriter dan menyalahgunakan kekuasaan.
Demo No Kings bertepatan dengan parade militer besar-besaran yang digelar di Washington, DC, dalam rangka memperingati ulang tahun ke-79 Presiden Trump.
Di saat ribuan tentara dan kendaraan lapis baja berbaris di ibu kota, ribuan warga di berbagai kota lain turun ke jalan menyuarakan penolakan.
Baca Juga: Netanyahu Ungkap Tujuan Terselubung Serang Iran, Kerahkan Ancaman Nuklir dan Rudal Balistik
Salah satu simbol kritik yang mencolok dalam aksi ini adalah balon raksasa berwarna oranye berupa Trump mengenakan popok, yang melayang di atas kerumunan demonstran.
Demo nasional terbesar sejak Trump kembali menjabat Menurut penyelenggara, unjuk rasa ini digelar di seluruh 50 negara bagian dan diklaim sebagai demonstrasi terbesar sejak Trump kembali menjabat sebagai presiden pada Januari 2025.
"Kami menolak otoritarianisme, politik yang hanya berpihak pada miliarder, dan militerisasi terhadap demokrasi kita," ujar pihak penyelenggara, seperti dikutip AFP.
Sejumlah poster dengan tulisan "No KKKings" dan "No crown for the clown" terlihat dibawa massa. Sementara itu, para demonstran menyerukan yel-yel penolakan terhadap kebijakan pemerintah di bawah kepemimpinan Trump.
Di Austin, Texas, seorang pensiunan perawat bernama Robin Breed (56) menyebut Trump sebagai diktator. Ia menyatakan bahwa Trump telah menyalahgunakan kekuasaan dan menebar ketakutan di tengah masyarakat.
"Dia menginjak-injak kehidupan orang, dia memiliterisasi jalan-jalan kita, dia meneror masyarakat kita. Kita harus melawan dan menyuarakan bahwa ini negara kita, bukan negaranya," ujar Breed.
Para demonstran dalam demo No Kings membawa plakat bertuliskan tema unjuk rasa tersebut di Los Angeles, Negara Bagian California, Amerika Serikat, 14 Juni 2025.
Di New York, puluhan ribu warga memadati Fifth Avenue meskipun hujan deras mengguyur. Mengenakan jas hujan dan membawa payung warna-warni, mereka meneriakkan, “Hei hei, ho ho, Donald Trump harus pergi!” diiringi suara drum dan lonceng.
Aktor Susan Sarandon dan Mark Ruffalo turut hadir dalam kerumunan. Seorang pegawai museum, Polly Shulman (62), menyampaikan rasa kecewanya terhadap pemerintahan Trump.
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Kirim Kado Spesial dan Pesan untuk Trump di KTT G7 di Tengah Perang Israel-Iran
"Saya sedih dan marah melihat bagaimana pemerintahan ini menghancurkan cita-cita Konstitusi Amerika," ujar Shulman sambil membawa papan bertuliskan "Lindungi Konstitusi".
Ia juga mengecam aksi deportasi massal yang dia sebut sebagai bentuk “penculikan.” Shulman merujuk pada kasus deportasi lebih dari 250 warga Venezuela ke El Salvador pada Maret lalu.
Mereka dituduh tergabung dalam geng kriminal Tren de Aragua yang telah dinyatakan sebagai organisasi teroris.