RIAU24.COM - Aktor Zaskia Adya Mecca menceritakan kronologi dirinya dan sejumlah warga negara Indonesia (WNI) tertahan di Mesir saat mengikuti aksi Global March to Gaza.
Kejadian itu bermula ketika rombongan 10 WNI, termasuk Zaskia Adya Mecca dan Wanda Hamidah, Indadari berinisiatif ikut aksi Global March to Gaza.
Mereka bergabung sebagai kontingen Malaysia karena tidak sempat mendaftar atas nama kontingen Indonesia.
"Kami mendaftar sebagai peserta secara resmi, di bawah kontingen dari Malaysia. Karena telat daftar, jadi sudah tidak bisa tambah perwakilan utama atas nama Indonesia," ujar Zaskia Adya Mecca dalam unggahan Instagram, Minggu (15/6).
Rombongan kemudian mulai mengikuti rangkaian long march itu setelah melengkapi berkas dan mendapat briefing dari panitia.
WNI yang ikut, kata Zaskia, juga sangat memahami risiko yang ditanggung dari aksi tersebut.
Di sisi lain, panitia disebut terus mencoba bernegosiasi dengan pemerintah Mesir untuk kelancaran long march menuju Gaza.
Namun, setibanya di Kairo, ia mendapati beberapa peserta dideportasi dan banyak aktivis yang ditangkap.
Hingga kemudian, Zaskia dan rombongan WNI lainnya menjalani proses imigrasi.
Mereka relatif aman selama proses itu sehingga tak langsung dideportasi, tetapi situasi mulai berubah saat mereka menginap di hotel pada malam harinya.
"Sampai di hotel malam-malam vibe-nya sudah enggak enak. Ada polisi yang langsung mencatat semua paspor dan berbicara serius sambil melihat kami dengan staf hotel," ucapnya.
"Lalu, pagi hari keluar pernyataan panitia kalau kesepakatan tidak terjadi. Peserta long march dianggap ilegal dan polisi berhak menangkap para peserta," sambungnya.
Sejak pernyataan itu muncul, Zaskia menyebut ada sekitar tiga mobil polisi yang datang ke hotel. Mereka melakukan sweeping hingga empat peserta dari negara lain ditangkap.
Zaskia bersama rombongan kemudian menghadapi situasi yang sulit karena seolah tertahan di hotel tersebut.
Mereka juga dikelilingi 20 polisi, orang yang diduga intelijen, hingga mobil tahanan yang bersiaga di depan bus.
"Situasi kami lebih sulit, seolah terkunci untuk bergerak karena sekitar 20 polisi, intel, mobil polisi bahkan mobil tahanan siap di depan bus, khusus disiapkan untuk kami ber-10," lanjut Zaskia Adya Mecca.
CNNIndonesia.com sudah meminta izin kepada Zaskia Adya Mecca untuk mengutip unggahan tersebut.
Zaskia belum menjelaskan lebih lanjut cerita di balik situasi tersebut. Namun, ia sudah lebih dulu memastikan dalam kondisi yang aman dan akan berbagi cerita lagi.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Roy Soemirat memastikan kehadiran WNI dalam Global March to Gaza bukan bagian dari pemerintah, tetapi keputusan individu.
Meski begitu, pemerintah melalui KBRI Mesir tetap memberikan bantuan bagi para peserta yang mengalami masalah saat mencoba masuk ke Gaza lewat Mesir.
Roy mengatakan Zaskia bersama rombongan lain dibantu selagi menunggu nasib keterlibatan di Global March to Gaza, sebelum akhirnya para peserta tersebut memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
"Kami sudah memberikan bantuan ketika mereka mengalami masalah dengan akses. Kami bantu agar mereka dapat menginap di hotel sambil menunggu," ujar Roy Soemirat dalam pernyataannya ke media.
"Sampai akhirnya para individu itu memutuskan untuk pulang secara mandiri karena sudah tidak mau lagi menunggu kapan blokade dibuka," lanjutnya.
(***)