RIAU24.COM - Beberapa waktu lalu, 'ngetren' di media sosial cara menentukan apakah kamu termasuk seseorang yang memiliki potensi panjang umur. Sesederhana mengangkat satu kaki dan berapa lama bisa bertahan tanpa topangan atau tangan bersandar ke bantuan apapun.
Namun, sebenarnya beberapa pakar sepakat seseorang menua dengan sehat tidak hanya terlihat dari tes tersebut, melainkan lebih kompleks. Termasuk perubahan fisik, kognitif, emosional, dan sosial. Tidak ada satu tes pun yang dapat memberikan gambaran keseluruhan.
Secara fisik, satu ukuran sederhana yang mendapat banyak perhatian adalah kecepatan berjalan. Menurut sebuah penelitian populer, orang yang berjalan lebih cepat dari 1,32 meter per detik lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal dalam tiga tahun ke depan. Bahkan, kerap muncul sebutan 'terlalu cepat ditangkap malaikat maut'.
Di sisi lain, kecepatan berjalan yang lebih lambat, di bawah 0,8 meter per detik dapat menjadi tanda sarkopenia, suatu kondisi yang menunjukkan berkurangnya massa otot, kekuatan otot, dan fungsi fisik. Ini semua merupakan indikator penting dari penurunan terkait usia.
Dikutip dari CNA, meskipun penanda ini bermanfaat, tidak mudah untuk mengukurnya di rumah. Ada beberapa cara lebih sederhana yang juga bisa menunjukkan apakah seseorang berpotensi panjang umur karena menua dengan sehat.
Tes pertama:
Hubungkan angka dan huruf secara berurutan (1, A, 2, B, dan seterusnya), serta hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan. Ini mengukur kemampuan untuk beralih di antara tugas.
Tes kedua:
Cobalah ucapkan warna sebuah kata, bukan kata itu sendiri. Seperti mengucapkan 'merah' saat sebenarnya melihat kata 'biru' dicetak dengan tinta merah. Ini lebih sulit daripada kedengarannya.
Tes ketiga:
Berjalanlah dengan kecepatan normal sambil menghitung mundur dari 100 dalam tiga kali. Jika kecepatan berjalan berubah secara signifikan, itu bisa menunjukkan adanya ketegangan kognitif.
"Tugas semacam ini menguji seberapa baik otak, menjadi kemampuan utama yang menjadi lebih penting seiring bertambahnya usia. Keterampilan ini dikenal sebagai fleksibilitas kognitif dan membantu beradaptasi dengan situasi yang berubah, beralih di antara tugas, dan mengelola gangguan," tutur Alexander Nigel William Taylor, dosen biopsikologi di Universitas Aberystwyth.***