RIAU24.COM - Ketegangan antara India dan Pakistan meningkat pada hari Kamis (8 Mei) setelah Pakistan melancarkan serangan pesawat tak berawak dan rudal terhadap negara bagian India termasuk Jammu, Punjab, dan Rajasthan.
India merespons dengan cepat, mencegat ancaman yang masuk menggunakan sistem pertahanannya.
Meskipun berhasil dicegat, situasi tersebut memicu tindakan darurat di berbagai wilayah India.
Saat perkembangan terjadi, beberapa negara bereaksi terhadap situasi tersebut, mendesak kedua belah pihak untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
AS menyerukan de-eskalasi segera
Berbicara atas nama Departemen Luar Negeri AS, juru bicara Tammy Bruce mengatakan, “Pagi ini Menteri Luar Negeri Marco Rubio berbicara dengan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan Menteri Utama Dr S Jaishankar. Dalam kedua panggilan tersebut, Menteri menekankan perlunya de-eskalasi segera dan menyerukan diakhirinya kekerasan. Ia menyatakan dukungan AS untuk dialog langsung antara India dan Pakistan dan mendorong upaya berkelanjutan untuk meningkatkan komunikasi.”
Wakil Presiden AS JD Vance, dalam sebuah wawancara mengatakan, “masalah itu pada dasarnya bukan urusan kami, sambil tetap memperjuangkan perdamaian.”
"Yang dapat kami lakukan adalah mencoba mendorong orang-orang ini untuk sedikit meredakan ketegangan, tetapi kami tidak akan terlibat di tengah perang yang pada dasarnya bukan urusan kami dan tidak ada hubungannya dengan kemampuan Amerika untuk mengendalikannya," kata Vance saat tampil di Fox News.
Ia menambahkan, “Harapan dan ekspektasi kami adalah bahwa hal ini tidak akan berubah menjadi perang regional yang lebih luas atau, amit-amit, konflik nuklir. Saat ini, kami tidak berpikir hal itu akan terjadi.”
Turki mendesak dialog
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengatakan, “Kami prihatin bahwa ketegangan antara Pakistan dan India berubah menjadi konflik terbuka dengan serangan rudal yang mengakibatkan banyak warga sipil menjadi syahid. Kami sekali lagi menyampaikan belasungkawa kepada saudara-saudara dan negara Pakistan.”
Ia juga menyatakan, “Meskipun ada pihak-pihak yang berusaha memperkeruh suasana, kami, sebagai warga Turki, terus berupaya keras untuk meredakan ketegangan dan membuka jalur dialog sebelum situasi mencapai titik yang tidak dapat diubah lagi.”
Brasil keluarkan imbauan perjalanan, serukan pengendalian diri
Pemerintah Brasil menyatakan kekhawatirannya atas aktivitas militer di Kashmir, dengan menyatakan bahwa pihaknya mengikuti dengan keprihatinan yang mendalam aksi militer di wilayah Kashmir, di wilayah yang dikelola oleh India dan Pakistan.
Dalam pernyataannya yang menegaskan penentangannya terhadap terorisme, Brasil menambahkan, “Brasil mengimbau pihak-pihak yang terlibat untuk menahan diri sepenuhnya guna mencegah eskalasi ketegangan.”
Kementerian Luar Negeri negara tersebut juga menyarankan warganya untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke Kashmir dan wilayah terdekat.
Norwegia mendorong diplomasi
Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide menyuarakan kekhawatiran global, dengan mengatakan, “Saya sangat prihatin dengan meningkatnya konflik antara India dan Pakistan.”
Ia menambahkan, “Norwegia meminta kedua pihak untuk menahan diri, meredakan situasi, dan menemukan solusi diplomatik.”
Eide juga menegaskan kembali kecaman keras Norwegia atas serangan teroris pada 22 April di Pahalgam, Jammu dan Kashmir.
(***)