RIAU24.COM -Prabowo Subianto, yang baru saja memenangkan Pemilu 2024, kini menghadapi tantangan besar sebelum resmi dilantik.
Kritik mengarah padanya terkait dugaan kompromi politik dengan Presiden Joko Widodo, terutama soal pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai wakil presiden, yang diduga "diskenariokan" melalui putusan Mahkamah Konstitusi.
Menurut analis politik dari UGM, keberhasilan Prabowo dalam memenangkan pilpres bukan berarti kemenangan mutlak dalam legitimasi.
"Kalau kompromi itu dipersepsikan sebagai pengkhianatan terhadap demokrasi, Prabowo bisa kehilangan dukungan bahkan sebelum memulai masa jabatannya," ujarnya.
Ketegangan juga muncul di internal Gerindra, dengan sejumlah elite partai mempertanyakan apakah koalisi besar yang dibentuk Prabowo benar-benar berbasis program, atau sekadar aliansi pragmatis berbasis kekuasaan.
Di luar itu, tantangan terbesar Prabowo mungkin datang dari harapan rakyat: rakyat yang memilihnya karena janji perubahan.
Jika langkah politiknya dianggap hanya melanjutkan status quo, ia berisiko membangunkan gelombang oposisi baru yang lebih radikal.
"Transisi kekuasaan ini adalah ujian besar bagi Prabowo. Apakah dia akan menjadi presiden semua rakyat, atau hanya memperpanjang dinasti politik lama," kata seorang pengamat dari Kompas Research Center.
(***)
