RIAU24.COM -Jumlah hari dalam satu tahun adalah 365 hari. Jumlah tersebut merupakan pembulatan waktu Bumi untuk mengorbit Matahari, yaitu selama 365,242190 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 56 detik.
Namun, siapa yang menemukan teori jumlah hari dalam setahun ini?
Untuk diketahui, bahwa kalender pertama yang kita ketahui menggunakan tahun dengan 365 hari. Kalender tersebut adalah kalender Mesir. Namun, saat ini kita telah menggunakan kalender yang telah disempurnakan.
Al-Battani, Penemu Teori 1 Tahun 365 Hari
Penemu teori 1 tahun 365 hari adalah al-Battani. Ilmuwan muslim bernama lengkap Abu 'Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sinan AL-Battani Al-Harrani As-Sabi' ini lahir pada tahun 858 di Suriah dan meninggal tahun 929 di Irak.
Dikenal sebagai seorang astronom dan matematikawan dari tanah Arab, ia memiliki nama latin Albategnius, Albatenius, atau Albategni.
Obscura, Nenek Moyang Kamera Fotografi yang Ditemukan Ilmuwan Irak
Sebagai ilmuwan, ia berhasil menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun dan musim untuk presisi tahunan ekuinoks dan untuk inklinasi ekliptika. Selain itu, ia juga menunjukkan bahwa titik terjauh dari Bumi bervariasi dan gerhana Matahari annular mungkin terjadi.
Selama hidupnya, al-Battani banyak melakukan pengamatan dan membuat karya-karya hebat. Ia melakukan pengamatan yang sangat akurat selama bertahun-tahun sejak tahun 877 di ar-Raqqah, Suriah.
Salah satu kontribusi yang paling berpengaruh adalah perhitungan 1 tahunnya yang dituangkan dalam karya yang disebut Kitab al-Zij.
Astronom yang terkenal di Eropa ini juga berhasil menyempurnakan perhitungan astronomi Ptolomeus dengan mengganti metode geometri dengan trigonometri.
Pengungkapan Teori Melalui Kitab al-Zij
Al-Battani menuangkan teori-teorinya terkait astronomi dalam karya yang dikenal sebagai Kitab al-Zij atau Kitab Astronomi. Zij memiliki 57 bab, yang salah satunya membahas mengenai teori 1 tahunnya.
Al-Battani memperkirakan panjang tahun adalah 365 hari 5 jam 48 menit dan 24 detik, kesalahan sedikit kurang dari tujuh perseratus persen.
Ilmuwan ini sempat menentukan ulang waktu ekuinoksnya. Ekuinoks adalah fenomena ketika Matahari terbit tepat dari timur dan tenggelam di barat.
Penentuan ulang ini memungkinkannya untuk membuat estimasi waktu yang lebih baik, yang ia hitung sebagai 365 hari 5 jam 46 menit dan 24 detik. Angka tersebut 2 menit 22 detik kurang dari sebelumnya.
Dilansir dari encyclopedia.com, kitab Zij ini terbukti memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan astronomi Eropa. Pada abad ke-2, kitab tersebut diterjemahkan dalam bahasa latin oleh Robert asal Chester.
Akan tetapi, satu-satunya versi latin yang masih ada dicetak pada tahun 1537 oleh Plato di Nuremberg dengan judul buku "De motu stellarum" yang artinya tentang gerak bintang.
Kalender Sipil yang Digunakan pada Masa Dulu
Kalender sipil berasal dari kalender lunar dan fluktuasi pertanian atau menggunakan musim. Kalender ini melayani pemerintah dan administrasi, sedangkan kalender lunar mengatur urusan keagamaan dan kehidupan sehari-hari.
Kalender ini menjadi solusi orang Mesir dalam mengatasi kesulitan ketidakcocokan inheren tahun lunar dan solar. Hal ini membuat skema 365 hari dibagi menjadi 3 musim yang masing-masing terdiri dari 4 bulan dan masing-masing bulan terdiri atas 30 hari.
Kalender lunar mulai kurang relevan karena dikendalikan oleh terbitnya Sirius, sehingga bulan-bulan akan selalu jatuh pada musim yang sama setiap tahun.
Sementara kalender sipil bergerak melalui musim-musim karena tahun sipil memiliki seperempat hari lebih pendek dibanding tahun matahari.
Maka dari itu, setiap 4 tahun kalender akan tertinggal satu hari dari tahun Matahari. 1.460 tahun kemudian, kalender akan kembali sesuai kalender lunisolar. Periode ini disebut siklus sothic.
(***)