Mereka yang berpartisipasi dalam tantangan akan sengaja berdiri di jalur kendaraan yang melaju dalam upaya untuk 'mengerjai' pengemudi, dan dengan cepat minggir sebelum ditabrak.
Dilansir dari Kompas, tantangan tersebut dinilai berhasil jika kendaraan mampu berhenti tepat waktu sebelum menabrak remaja. Namun, ini sangat berbahaya dan telah terbukti berakibat fatal setelah seorang remaja meninggal saat mengikuti tantangan tersebut.
Baca Juga: Jefri Nichol Akui Bucin dan Bisa Telepon 48 Jam Nonstop dengan Sang Pacar
Dilansir dari CNN Indonesia, delapan remaja ikut dalam tantangan, tetapi karena pengemudi truk tidak dapat menggunakan rem dengan tepat waktu, tiga di antaranya tertabrak. Bahkan, seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun berinisial FA meninggal dunia sedangkan dua temannya mengalami luka berat dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Peristiwa itu terjadi di Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi pada 11 Juli lalu.
Kapolsek Bekasi Kompol Argo Wiyono mengatakan, berdasarkan informasi dari teman korban, ini bukan kali pertama FA membuat konten berbahaya seperti ini. Salah satu teman FA mengatakan FA sengaja membuat konten seperti ini dalam upaya untuk menjadi viral dan menjadi terkenal.
Sementara itu, polisi sedang melakukan penyelidikan atas insiden tersebut, termasuk melacak pengemudi truk. Argo mengatakan ada kemungkinan pengemudi menjadi tersangka dalam kasus tersebut karena langsung melarikan diri dari tempat kejadian setelah kejadian.
Namun, kata Argo, pihaknya harus melakukan penyelidikan terlebih dahulu untuk memastikan niat sopir truk tersebut.
Baca Juga: Remaja 13 Tahun Tenggelam di Sungai Cenaku, Pencarian Masih Berlangsung
“Yang pasti sopirnya masih kita cari, tapi belum bisa ditetapkan sebagai tersangka karena harus dimintai keterangan,” kata Argo.
Ia kemudian menghimbau para remaja untuk tidak membuat konten serupa yang merugikan orang lain. Menanggapi tren yang merugikan anak muda, psikolog Rose Mini Agoes Salim mengatakan bahwa orang tua dan orang dewasa perlu memahami mengapa remaja melakukan tindakan seperti itu.
Ia mengatakan kepada Kompas bahwa kecenderungan remaja untuk mengambil tantangan berbahaya seperti tantangan 'Malaikat Maut' adalah untuk memenuhi kebutuhan akan identitas diri.
“Secara psikologis, para remaja ini sedang mencari jati diri. Jadi mereka akan mencari tempat untuk menunjukkan eksistensinya,” ujarnya.
Romi menduga remaja yang mengikuti tantangan tersebut berpotensi tidak berprestasi di bidang akademik dan berusaha mengukuhkan eksistensinya dengan melakukan hal-hal yang berbahaya.