RIAU24.COM - Presiden Amerika Syarikat (AS), Donald Trump mengkalim dirinya memainkan peranan utama dalam serangan Israel ke atas Iran pada 13 Jun lalu, yang mengorbankan beberapa jenderal kanan dan saintis nuklear Iran.
Pernyataan ini bertentangan dengan klaim AS sebelumnya yang menyebut Israel bertindak secara sepihak.
"Israel menyerang lebih dulu. Serangan itu sangat, sangat dahsyat. Saya yang bertanggung jawab penuh atas serangan itu," kata Trump kepada wartawan pada Kamis (6/11).
"Ketika Israel menyerang Iran pertama kali, itu adalah hari yang luar biasa bagi Israel karena serangan itu menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada serangan-serangan lainnya jika digabungkan," imbuh Trump, dilansir Al Jazeera.
Baca Juga: Donald Trump Membebaskan Hongaria dari Sanksi Minyak dan Gas Rusia
Pernyataan Trump muncul saat mendesak Partai Republik untuk mencabut "hak filibuster" dalam meloloskan undang-undang di Senat dengan mayoritas suara.
Menurut Trump, partainya itu harus terlebih dahulu melanjutkan aturan Senat, sama seperti Israel melancarkan perang melawan Iran.
Pada 13 Juni lalu, serangan besar Israel ke Iran menewaskan beberapa jenderal tinggi, ahli nuklir, hingga banya warga sipil. Iran menanggapi dengan meluncurkan ratusan rudal ke Israel.
AS kemudian ikut bergabung dalam serangan itu dengan mengebom tiga fasilitas nuklir utama Iran. Namun di awal serangan berlangsung, AS menyebut Israel bertindak sendiri.
"Malam ini, Israel mengambil tindakan sepihak terhadap Iran. Kami tidak terlibat dalam serangan terhadap Iran, dan prioritas utama kami adalah melindungi pasukan AS di kawasan tersebut," kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio saat itu.
Baca Juga: Teheran Hadapi Kelangkaan Air dan Krisis Energi Akut, Pertimbangkan Penjatahan dan Evakuasi
Sejak serangan itu, Trump berulang kali mengeklaim bahwa AS telah "benar-benar menghancurkan" program nuklir Iran. Sementara pekan ini, Trump sendiri yang menyebut dia yang telah memulai perang sejak awal.
Dalam beberapa minggu terakhir, Trump telah menegaskan kembali bahwa ia ingin mencapai kesepakatan dengan Iran yang akan membuat Teheran menjalin hubungan formal dengan Israel.
Pada bulan-bulan awal masa jabatan keduanya sebagai presiden, Trump membuka negosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya, dan berulang kali menekankan bahwa ia menginginkan perjanjian dengan Teheran.