RIAU24.COM - Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan bahwa ibu kota Teheran sedang menghadapi krisis air dan energi yang akut dan belum pernah terjadi sebelumnya, yang mengancam pasokan air minum dan pembangkit listrik, demikian menurut laporan pada hari Jumat.
Bendungan Teheran telah mencapai titik terendah dalam 60 tahun, ungkapnya.
"Jika hujan tidak turun di Teheran hingga akhir November, kami terpaksa membatasi air. Dan jika hujan masih belum turun, kami terpaksa mengungsi dari Teheran," ujar Pezeshkian seperti dikutip kantor berita semi-resmi SNN.ir pada hari Kamis.
Pezeshkian menggambarkan situasi tersebut sebagai sangat kritis, mengutip laporan bahwa bendungan Teheran telah mencapai titik terendah dalam 60 tahun.
Teheran telah memasuki tahun keenam berturut-turut dilanda kekeringan, dengan beberapa bendungan hanya memiliki kapasitas kurang dari 10%.
Para pejabat mengatakan Bendungan Latyan, salah satu dari lima waduk utama di timur Teheran, baru terisi sekitar 9%.
“Penyimpanan air Latyan hanya sembilan juta meter kubik,” kata Wakil Menteri Energi Mohammad Javanbakht, menyebut situasi tersebut kritis.
Teheran, kota berpenduduk sekitar 9,1 juta jiwa, terletak di provinsi berpenduduk sekitar 14,5 juta jiwa dan sangat bergantung pada tenaga air.
Namun, seiring mengeringnya sungai dan lahan basah, produksi listrik menurun drastis, memaksa beberapa pembangkit listrik berhenti beroperasi karena kekurangan air pendingin.
Para pejabat menggambarkan kekurangan air ini sebagai belum pernah terjadi sebelumnya.
Sistem energi Iran sangat bergantung pada tenaga air dan bahan bakar fosil, sementara tenaga surya dan angin hanya sebagian kecil dari total kapasitas.
Sanksi, skeptisisme investor, dan kurangnya investasi selama puluhan tahun telah menghambat upaya diversifikasi.
Para kritikus juga menunjukkan kebijakan yang salah yang menempatkan industri yang membutuhkan banyak air seperti baja, semen, dan petrokimia di wilayah terkering di negara tersebut.
“Kebijakan yang salah mengalihkan sungai ke pabrik-pabrik di pedalaman yang seharusnya dibangun di pesisir,” kata anggota parlemen Reza Sepahvand.
Pertanian masih mengonsumsi sekitar 80% air tawar Iran, sebagian besar melalui irigasi yang tidak efisien untuk tanaman yang membutuhkan air di daerah kering.
Praktik yang sudah ketinggalan zaman menguras akuifer dan memperburuk pemadaman listrik akibat kegagalan sistem pemompaan.
(***)