Trump Menjatuhkan Sanksi Kepada 2 Perusahaan Minyak Rusia Karena Hal Ini

R24/tya
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin/ net
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin/ net

RIAU24.COM - Dalam aksi besar melawan Rusia, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada dua perusahaan minyak besar Rusia pada hari Rabu (22 Oktober).

Presiden AS Donald Trump menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin kurang berkomitmen untuk mengakhiri perang di Ukraina, sementara Moskow menggelar latihan militer besar-besaran yang melibatkan senjata nuklir.

Hal ini terjadi setelah Trump mengatakan bahwa ia membatalkan pertemuan di Budapest dengan Putin karena tidak ingin membuang-buang waktu.

Departemen Keuangan AS mengatakan dua perusahaan minyak terbesar Rusia, Rosneft dan Lukoil, menjadi sasaran.

"Sekaranglah saatnya untuk menghentikan pembunuhan dan untuk gencatan senjata segera," kata Menteri Keuangan AS Scott Bessent.

Ini adalah pertama kalinya sanksi dijatuhkan kepada Rusia sejak Trump berkuasa untuk kedua kalinya.

Selama berbulan-bulan, Trump telah menolak tekanan dari anggota parlemen AS untuk menjatuhkan sanksi energi, berharap Putin akan setuju untuk mengakhiri pertempuran.

Presiden AS mengatakan ia belum siap memasok rudal jarak jauh Tomahawk yang diminta Ukraina.

Berbicara bersama Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte, Trump menjelaskan bahwa pasukan Ukraina membutuhkan setidaknya enam bulan pelatihan untuk mengoperasikan senjata tersebut secara efektif.

Sementara itu, sehari yang lalu, Trump telah mengonfirmasi bahwa ia tidak akan bertemu Putin.

"Saya tidak ingin pertemuan ini sia-sia, saya tidak ingin membuang-buang waktu — jadi kita lihat saja nanti," ujar Trump dalam pidatonya di Gedung Putih pada hari Selasa.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, “tidak ada kerangka waktu pasti yang ditetapkan pada awalnya. Persiapan diperlukan, persiapan yang serius."

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, juga mengatakan bahwa tuntutan Trump untuk gencatan senjata segera, yang tiba-tiba kembali menjadi topik diskusi, bertentangan dengan apa yang disepakati pada pertemuan puncak Trump-Putin di Alaska pada bulan Agustus.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak