RIAU24.COM - Presiden AS Donald Trump telah menyatakan bahwa Israel akan melanjutkan operasi militer di Gaza jika Hamas gagal menghormati perjanjian penyanderaan yang baru saja ditandatangani.
Pernyataan Trump muncul setelah Israel mengklaim bahwa salah satu jenazah yang dikembalikan Hamas bukanlah salah satu sandera, meskipun Hamas mengklaim telah mengembalikan semua jenazah yang dimilikinya dan membutuhkan waktu untuk menemukan sisa jenazah dari reruntuhan Gaza.
Memperingatkan Hamas tentang kemungkinan kembalinya Israel, Presiden AS mengatakan bahwa Israel siap untuk menghajar mereka habis-habisan tetapi mereka menahan diri karena dirinya.
Ia mendesak Hamas untuk menghormati perjanjian gencatan senjata yang ditengahi AS dengan Israel.
Dalam wawancara telepon dengan CNN, Trump mengatakan bahwa pasukan Israel siap memasuki kembali Gaza dan bertindak tegas begitu ia memberi sinyal.
Trump mengakui bahwa meskipun sebagian besar jenazah sandera yang meninggal masih belum dibebaskan oleh Hamas, mengamankan pembebasan 20 sandera yang masih hidup merupakan prioritas utama.
"Israel akan kembali ke jalan-jalan [Gaza] itu segera setelah saya mengucapkan kata itu... Jika Israel bisa masuk dan menghajar mereka habis-habisan, mereka akan melakukannya," kata Trump.
Mengenai kesepakatan gencatan senjata, Trump mengungkapkan bahwa ia harus membujuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menahan diri dari eskalasi perang.
Ia juga menyoroti dukungan internasional terhadap perjanjian tersebut, dengan mencatat meningkatnya minat terhadap Perjanjian Abraham.
"Saya harus menahan mereka. Saya sudah bersitegang dengan Bibi," katanya.
Presiden AS juga menyinggung tindakan keras Hamas di Gaza, tempat kelompok tersebut mengeksekusi orang-orang yang dituduhnya bekerja sama dengan Israel.
Trump menyatakan bahwa kekerasan internal ini melibatkan pembersihan geng-geng kriminal, tetapi mengakui bahwa ia masih mengumpulkan informasi tentang apakah warga sipil tak berdosa terdampak.
Sebuah rekaman mengejutkan yang muncul tampaknya menunjukkan Hamas mengeksekusi warga Palestina yang dituduh bekerja sama dengan Israel.
Video tersebut, yang tidak dapat diverifikasi secara independen, menunjukkan setidaknya delapan pria yang terikat berlutut sebelum tembakan meletus sebagai penonton dan menyebut mereka ‘kolaborator.’
Laporan menunjukkan bahwa pasukan keamanan Sahm, yang dipimpin oleh Hamas, membagikan rekaman tersebut.
(***)