Demi Hidupkan Lagi Rencana Gencatan Senjata Gaza, Pemimpin Hamas Sambangi Mesir

R24/riz
Israel melancarkan serangan udara
Israel melancarkan serangan udara

RIAU24.COM Israel melancarkan serangan udara dan tembakan tank ke wilayah timur Kota Gaza sepanjang malam, menewaskan sedikitnya 11 orang, Selasa (12/8).

Di tengah situasi tersebut, pemimpin Hamas Khalil Al Hayya tiba di Kairo, Mesir, untuk melanjutkan pembahasan rencana gencatan senjata Gaza yang dimediasi Amerika Serikat (AS). 

Putaran terakhir perundingan tidak langsung di Qatar berakhir buntu pada akhir Juli 2025. Baik Israel maupun Hamas saling menyalahkan atas kebuntuan pembahasan proposal gencatan senjata selama 60 hari, termasuk kesepakatan pembebasan sandera. 

Sejak itu, Israel menyatakan akan melancarkan operasi baru untuk merebut kembali kendali atas Kota Gaza. Kawasan ini sempat dikuasai pasukan Israel setelah pecahnya perang di Gaza pada Oktober 2023, sebelum akhirnya mereka mundur.  

Baca Juga: Mengerikan! 7 Orang Tewas Akibat Insiden Tali Jembatan di China Putus Saat Dibangun

"Pertemuan Hamas dengan para pejabat Mesir, yang dijadwalkan dimulai Rabu (13/8), akan berfokus pada cara-cara untuk menghentikan perang, mengirimkan bantuan, dan mengakhiri penderitaan rakyat kami di Gaza," kata pejabat Hamas, Taher Al Nono, dalam pernyataannya. 

Rencana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperluas kendali militer atas Gaza pada Oktober 2025 memicu kecaman internasional. 

Kritik datang akibat dampak kehancuran, pengungsian, dan kelaparan yang meluas terhadap 2,2 juta penduduk Gaza. Di dalam negeri, rencana itu juga menuai penolakan. 

Kepala staf militer Israel memperingatkan langkah tersebut dapat mengancam keselamatan sandera yang masih hidup dan berisiko menjadi jebakan mematikan bagi pasukan Israel. 

Kekhawatiran juga muncul terkait pengungsian massal dan kesulitan baru yang berpotensi dialami sekitar satu juta warga Palestina di Kota Gaza. 

Menteri luar negeri dari 24 negara, termasuk Inggris, Kanada, Australia, Perancis, dan Jepang, menyatakan pada Selasa bahwa krisis kemanusiaan di Gaza sudah sangat parah. 

Mereka mendesak Israel untuk mengizinkan masuknya bantuan tanpa batas ke wilayah tersebut. Israel membantah bertanggung jawab atas kelaparan di Gaza, dan menuding Hamas mencuri bantuan. 

Sebaliknya, Hamas mengeklaim telah meningkatkan distribusi bantuan dengan menghentikan pertempuran pada waktu-waktu tertentu di sejumlah wilayah, serta menetapkan rute aman bagi konvoi kemanusiaan. 

Baca Juga: Interpol Pimpin Pemberantasan Kejahatan Siber, Tangkap Lebih dari 1.200 Orang di Afrika dan Sita 100 Juta Dolar

Kesiapan kembali berunding Seorang pejabat Palestina yang mengetahui proses mediasi mengatakan, Hamas siap kembali ke meja perundingan. Delegasi yang tiba di Kairo pada Selasa disebut akan menegaskan sikap tersebut. 

"Hamas percaya bahwa negosiasi adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri perang dan terbuka untuk membahas gagasan apa pun yang akan memastikan berakhirnya perang," kata pejabat tersebut kepada Reuters.

Meski begitu, perbedaan pendapat kedua pihak dinilai masih lebar, terutama terkait sejauh mana penarikan pasukan Israel dan tuntutan agar Hamas melucuti senjata.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak