RIAU24.COM - Lebih dari 7.000 kasus virus chikungunya yang ditularkan nyamuk telah dilaporkan di seluruh provinsi Guangdong, Tiongkok, sejak Juli, yang mengakibatkan penerapan langkah-langkah penanggulangan seperti Covid.
Pemerintah Kota Foshan, daerah yang paling parah terdampak, telah memerintahkan pasien untuk dirawat di rumah sakit, di mana mereka akan dilindungi dengan kelambu.
Mereka baru akan dipulangkan dari rumah sakit setelah hasil tes negatif atau setelah menjalani perawatan selama tujuh hari.
Virus chikungunya menyebar setelah nyamuk yang terinfeksi menggigit seseorang.
Virus ini menyebabkan nyeri sendi yang parah dan demam, yang juga dapat berlangsung bertahun-tahun, menurut laporan BBC.
Virus ini jarang ditemukan di Tiongkok, tetapi umum ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara serta sebagian Afrika.
Selain Foshan, wabah virus ini telah menyebar ke beberapa kota di Tiongkok.
Menurut South China Morning Post, setidaknya 12 kota lain di Provinsi Guangdong terdampak infeksi chikungunya, dengan hampir 3.000 kasus baru tercatat dalam seminggu terakhir saja.
Kasus pertama juga dikonfirmasi pada hari Senin di Hong Kong setelah seorang anak laki-laki berusia 12 tahun terdeteksi mengalami gejala chikungunya saat mengunjungi Foshan pada bulan Juli.
"Ini menakutkan. Konsekuensi jangka panjangnya terdengar sangat menyakitkan," tulis seorang pengguna di Weibo.
Sementara itu, otoritas kesehatan mengonfirmasi bahwa semua kasus yang dilaporkan bersifat ringan, dan 95 persen pasien pulih dalam seminggu.
Namun, AS telah mengimbau semua warganya yang bepergian ke Tiongkok untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menanggapi wabah tersebut.
Apa itu virus chikungunya?
Penyakit ini terjadi setelah orang digigit nyamuk yang terinfeksi.
Gejala chikungunya muncul dalam tiga hingga tujuh hari, meliputi demam, nyeri sendi, ruam, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan sendi.
Dalam kasus ini, pasien biasanya merasa lebih baik dalam seminggu, tetapi pada kasus yang parah, nyeri sendi dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Dalam kasus ini, bayi baru lahir, lansia, dan orang dengan kondisi medis bawaan, seperti penyakit jantung atau diabetes, lebih rentan terhadap virus ini.
(***)