Laporan Investigasi Kecelakaan Pesawat Jeju Air Salahkan Pilot, Keluarga Korban Mengecam Temuan Tersebut

R24/tya
Foto arsip petugas penyelamat di lokasi jatuhnya pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, 30 Desember 2023 /Reuters
Foto arsip petugas penyelamat di lokasi jatuhnya pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, 30 Desember 2023 /Reuters

RIAU24.COM Investigasi kecelakaan Jeju Air Penerbangan 2216 di Korea Selatan telah selesai, dan laporan tersebut menyatakan bahwa seorang pilot secara keliru mematikan mesin yang salah, menurut laporan media lokal.

Namun, keluarga dari 179 orang yang tewas dalam bencana tersebut menuduh para penyelidik mengabaikan faktor-faktor lain yang berkontribusi dan hanya menyalahkan pilot.

Menurut laporan, investigasi atas kecelakaan udara paling mematikan di Korea Selatan, yang menewaskan semua kecuali dua dari 181 orang di dalam Jeju Air Penerbangan 2216, menyatakan bahwa seorang pilot secara keliru mematikan mesin kiri, yang tidak memiliki cacat, alih-alih mesin kanan yang rusak parah akibat tabrakan burung.

Pesawat itu menabrak penghalang beton saat mendarat di Bandara Internasional Muan setelah menabrak burung.

Laporan investigasi tersebut dijadwalkan dirilis akhir pekan lalu tetapi ditunda setelah adanya protes dari keluarga korban yang diberi pengarahan tentang temuan tersebut.

Pada 29 Desember 2023, pilot Penerbangan 2216 melaporkan tabrakan dengan burung dan mengeluarkan panggilan mayday ketika pesawat mereka mendekati landasan pacu dan kemudian mencoba mendarat dari arah yang berlawanan.

Video menunjukkan pesawat mendarat dengan posisi perut tanpa roda pendaratan dan meluncur di landasan pacu sebelum menabrak pembatas beton.

Kedua mesin pesawat dikirim ke Prancis untuk dianalisis.

Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korea Selatan menemukan bahwa seorang pilot telah mematikan mesin kiri, bukan mesin kanan, yang rusak parah akibat tabrakan burung.

Namun, keluarga korban mengatakan bahwa laporan itu tidak menyebutkan penghalang beton di ujung landasan pacu, yang mereka klaim memiliki dampak yang menghancurkan.

"Keluarga korban menginginkan investigasi yang adil dan transparan atas kecelakaan tersebut," ujar mereka dalam sebuah pernyataan, dan mendesak para penyidik untuk melakukan konferensi pers hanya setelah pemeriksaan menyeluruh dan cermat selesai dilakukan.

Serikat pekerja mengatakan pilot menjadi kambing hitam

Serikat pilot Jeju Air juga mengkritik temuan tersebut karena berfokus pada kesalahan penilaian pilot dan meremehkan faktor-faktor lain yang berkontribusi.

Serikat tersebut mengecam ARAIB karenamenyesatkan public dengan menyatakan tidak ada masalah dengan mesin kiri karena terdapat sisa-sisa burung yang ditemukan di keduanya.

Serikat tersebut juga menuduh para penyidik menjadikan pilot sebagai kambing hitam.

Namun, seorang sumber yang mengetahui perkembangan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa para penyelidik memiliki bukti dan data pendukung yang jelas dan tidak akan mengubah temuan mereka.

Setelah kecelakaan itu, kementerian transportasi Korea Selatan mengatakan akan menyingkirkan penghalang beton di tujuh bandara.

Keluarga korban mengajukan tuntutan pidana terhadap CEO Jeju Air, Kim E-bae, dengan alasan kelalaian profesional.

Kim termasuk di antara 24 orang yang sedang diselidiki terkait kecelakaan tersebut.

(***)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak