RIAU24.COM - Penasihat Presiden Amerika Serikat Donaid Trump sekaligus Duta Besar Turki dan utusan khusus untuk Suriah, Thomas Barrack, memuji respons cepat pemerintahan Lebanon terhadap ususlan dari AS yang ingin menghentikan konflik antara Lebanon dan Israel, serta meminta Hizbullah untuk menyerahkan senjatanya.
Kedatangan Thomas barrack ke Beirut, Lebanon pada Senin (7/7), setelah sebelumnya memberikan ususlan dari AS pada kunjungan (19/6) lalu.
Dalam usulan itu, AS meminta Kelompok Hizbullah untuk menyerahkan semua senjatanya dalam waktu empat bulan.
Dilansir dari Al Jazeera Sebagai ganti dari ulusan tersebut, Israel akan menghentikan serangan udaranya dan menarik semua tentaranya dari lima titk yang masih mereka duduki di Lebanon selatan.
“Saya sangat kagum dengan jawaban cepat dari Pemerintah Lebanon,” kata Thomas Baracck.
“Saya sangat puas dengan respons mereka,” lanjutnya.
Barrack mengatakan bahwa dia telah menerima tanggapan resmi sepanjang tujuh halaman dari pemerintah Lebanon.
Tetapi dia belum mau membocorkan isinya ke publik, dia juga yakin baik Israel maupun Lebanon sama – sama ingin meredakan ketegangan antara kedua negara tersebut.
Pernyataan Barrack muncul saat situasi di Lebanon masih belum stabil, meskipun sudah ada kesepakatan gencatan senjata sejak November tahun lalu, tetapi Israel masih terus melakukan serangan ke wilayah Lebanon.
Konflik ini berawal pada Oktober 2023, ketika Hizbullah menyerang Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Hamas di Gaza, perang ini terus berlangsung hingga puncaknya pada September 2024.
Dari konflik ini menyebabkan lebih dari 4.000 orang meninggal termasuk pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah dan membuat sekitar 1,4 juta orang mengungsi.
Presiden dan Perdana Menteri Lebanon yang baru menjabat tahun ini berjanji akan memperkuat negara dan militernya. Mereka juga menegaskan bahwa Hizbullah tidak boleh lebih kuat dari pemerintah.
Meski begitu, Israel masih terus menyerang dengan alasan mencegah Hizbullah mendapatkan kembali senjata. Hingga saat ini, serangan tersebut telah menewaskan sekitar 250 warga Lebanon dan melukai lebih dari 600 orang, menurut data dari petugas kesehatan Lebanon.
(sum)