RIAU24.COM - Pemerintahan Trump tengah bersiap untuk memberlakukan pembatasan baru pada ekspor chip kecerdasan buatan (AI) canggih ke Malaysia dan Thailand sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memblokir aliran semikonduktor AS ilegal ke China.
Langkah tersebut, yang masih dalam bentuk rancangan di Departemen Perdagangan AS, menandakan meningkatnya kekhawatiran Washington bahwa negara-negara Asia Tenggara ini dapat digunakan sebagai perantara untuk menghindari larangan ekspor yang telah lama berlaku.
Peraturan tersebut akan mencegah perusahaan-perusahaan Amerika terkemuka seperti Nvidia Corp. mengirimkan prosesor AI berkinerja tinggi mereka ke perusahaan-perusahaan di Malaysia dan Thailand kecuali jika persyaratan tertentu terpenuhi.
Pembatasan baru ini dipandang sebagai kelanjutan dan perombakan pembatasan tahun 2022 dan 2023 yang diberlakukan di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, yang menargetkan transfer teknologi AI langsung dan tidak langsung ke Tiongkok.
Menurut laporan Bloomberg, rancangan aturan tersebut bertujuan untuk menghentikan apa yang disebut ‘difusi AI’ yang dapat memberi perusahaan Tiongkok akses ke chip terbatas melalui negara ketiga.
Peraturan tersebut masih dapat diamandemen, tetapi ini mencerminkan langkah konkret pertama pemerintahan Trump dalam menulis ulang kerangka kerja kontrol ekspor AS untuk teknologi sensitif.
Dugaan pengalihan rute memicu kekhawatiran
Meskipun AS telah melarang penjualan langsung chip Nvidia yang paling canggih ke entitas-entitas China, para pejabat meyakini beberapa prosesor ini mungkin sampai ke China melalui perusahaan mitra atau server cloud yang berlokasi di Asia Tenggara.
Kekhawatiran utama adalah potensi perusahaan AI China untuk mengakses daya komputasi canggih dari jarak jauh melalui pusat data di Malaysia atau Thailand, sehingga terhindar dari larangan ekspor.
Pada bulan Juni, pihak berwenang Malaysia mengakui bahwa mereka sedang menyelidiki klaim bahwa sebuah perusahaan China yang beroperasi secara lokal menggunakan server yang dilengkapi dengan perangkat keras Nvidia untuk melatih model bahasa yang besar.
Pembatasan baru tersebut akan berupaya untuk menutup celah-celah ini.
Kebijakan tersebut juga mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di Washington tentang meningkatnya peran Asia Tenggara dalam rantai pasokan semikonduktor global.
Fasilitas Malaysia dan Thailand merupakan bagian penting dari pengemasan dan pengujian chip, yang merupakan tahap penting dalam produksi chip.
Namun, lonjakan ekspor chip ke Malaysia baru-baru ini telah menarik perhatian regulator AS.
Dalam kasus terkait, jaksa Singapura baru-baru ini mendakwa tiga orang karena diduga menipu klien tentang tujuan sebenarnya dari server AI bertenaga Nvidia yang dikirim ke Malaysia. Nvidia tidak dituduh melakukan kesalahan apa pun.
Bantuan transisi dan tinjauan berkelanjutan
Rancangan aturan tersebut mencakup langkah-langkah bantuan sementara untuk mengurangi dampak langsung terhadap perusahaan-perusahaan AS dan sekutu yang beroperasi di kawasan tersebut.
Selama beberapa bulan setelah aturan tersebut berlaku, bisnis yang berkantor pusat di AS atau negara-negara sekutu yang disetujui akan dapat mengirimkan chip AI ke Malaysia dan Thailand tanpa mengajukan lisensi khusus.
Pengecualian tambahan diharapkan dapat menghindari gangguan terhadap rantai pasokan chip global.
Pejabat dari Departemen Perdagangan belum mengomentari secara spesifik rancangan aturan tersebut, tetapi Menteri Howard Lutnick sebelumnya mengatakan kepada anggota parlemen bahwa sekutu akan tetap diizinkan untuk membeli chip AI, asalkan dikelola oleh operator pusat data dan penyedia layanan cloud yang disetujui AS.
CEO Nvidia Jensen Huang pernah menyatakan di masa lalu bahwa tidak ada bukti pengalihan chip, meskipun ia tidak merujuk ke negara mana pun secara khusus.
Sementara itu, pejabat Malaysia dan Thailand belum memberikan tanggapan resmi, meskipun Malaysia telah menekankan perlunya kebijakan yang konsisten dan transparan dari AS.
Langkah ini menandai perubahan penting dalam kebijakan teknologi AS, yang dapat mengubah lanskap pengembangan AI di Asia Tenggara dan semakin memperdalam kesenjangan teknologi antara Tiongkok dan Barat.
Apakah lebih banyak negara akan ditambahkan ke daftar terbatas masih harus dilihat, tetapi para pejabat belum mengesampingkan tindakan yang lebih luas.
(***)