RIAU24.COM - Kementerian Kesehatan RI baru-baru ini mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap peningkatan kasus COVID-19. Tren kasus COVID-19 di Indonesia mengalami penurunan pada pekan ke-20 dengan varian virus dominan MB.1.1 yang masih berkerabat dengan varian Omicron.
Surat edaran tertanggal 23 Mei 2025 tersebut ditujukan kepada sejumlah pihak, termasuk Dinas Kesehatan seluruh provinsi dan direktur Rumah Sakit seluruh Indonesia.
Kemenkes mengatakan transmisi penularan COVID-19 saat ini masih relatif rendah, demikian juga dengan angka kematian. Di Indonesia, terjadi penurunan kasus konfirmasi mingguan dari 28 kasus pada minggu ke-19 menjadi 3 kasus pada minggu ke-20 dengan positivity rate 0,59 persen.
"Varian dominan yang beredar adalah MB.1.1," tulis Plt Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit, Murti Utami, dalam pengantar edaran tersebut.
Epidemiolog Dicky Budiman juga ikut menyoroti situasi COVID-19 di Indonesia. Menurutnya, risiko penularan COVID-19 varian ini dapat dicegah dengan kembali menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk menggunakan masker di tempat ramai atau ruang publik.
Dicky mengatakan, penyebaran virus ini dapat dipantau melalui tes surveilans seperti tes COVID-19 pada umumnya. Meskipun menurutnya testing semacam ini belum begitu dibutuhkan, masyarakat sangat mungkin melakukan testing secara mandiri.
Testing dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengingat gejala yang muncul pada varian COVID-19 yang beredar saat ini mirip dengan influenza.
"Amat sangat sama dan tidak ada perubahan yang menonjol ya. Kecuali saat ini gejalanya tidak seperti dulu, misal anosmia yang mengganggu indera penciuman dan perasa sekarang aman jarang ada," beber Dicky, saat dihubungi detikcom, Sabtu (31/5/2025).
"Tapi gejalanya tidak separah itu. Gejala yang muncul seperti batuk, pilek, demam, nyeri saat menelan, nyeri kepala, apalagi kalau sudah beringus, punya sinus yang membuat nyeri kepala, jadi hampir mirip dengan flu lah ya," lanjutnya.
Dicky mengatakan gejala yang dialami mungkin akan berbeda pada tiap orang. Hal ini tergantung dari imunitas masing-masing. Gejala COVID-19 bisa cukup parah atau berlangsung lama jika imunitas pengidapnya sedang menurun.
"Misalnya kalau flu mungkin biasanya tiga hari sudah mereda, ini bisa sampai lima hari. Jadi gejalanya jauh lebih panjang dari flu biasa," tuturnya.***