Kena Sindrom Kepala Jatuh, Leher Pemuda Ini Melemah dan Bengkok

R24/dev
Kena Sindrom Kepala Jatuh, Leher Pemuda Ini Melemah dan Bengkok
Kena Sindrom Kepala Jatuh, Leher Pemuda Ini Melemah dan Bengkok

RIAU24.COM -  Seorang pemuda di Iran (23) mengalami kondisi langka 'sindrom kepala jatuh' atau kifosis servikal yang dikaitkan dengan penggunaan obat terlarang parah. Kasus ini menjadi sorotan setelah Al-Zahra University Hospital mempublikasikan foto leher pasien yang nampak sangat bengkok tidak kuat menopang kepala.

Sindrom ini ditandai dengan kelemahan otot leher yang parah dan paling sering dikaitkan dengan gangguan neuromuskular seperti penyakit neuron motorik. Menurut dokter, kondisi ini bisa dipicu oleh penyalahgunaan zat.

Pasien yang tak disebutkan namanya itu juga mengalami nyeri leher kronis dan parestesia, perasaan kesemutan, menusuk, atau mati rasa di area lengan. Pemuda tersebut tidak memiliki riwayat trauma leher, tapi memiliki riwayat depresi dan penggunaan amfetamin, opium, serta heroin.

Konsumsi obat-obatan terlarang itu memberikan efek tidak langsung pada kondisi pasien itu.

"Kami menemukan bahwa penyalahgunaan obat berkontribusi pada perkembangan kifosis servikal yang parah dan rumit (pembulatan berlebihan pada punggung atas)," kata salah satu penulis studi Dr Majid Rezvani dikutip dari Daily Mail, Rabu (14/5/2025).

"Ada efek tidak langsung. Ketika pasien menggunakan obat itu, ia tetap berada di posisi tertentu dalam waktu yang lama. Dan selama berbulan-bulan hal ini mengakibatkan perubahan muskuloskeletal yang menyebabkan kifoskoliosis," sambungnya.

Gejala tersebut sudah dialami pasien selama 15 bulan. Sebelum ke dokter, ia juga sempat mencari pengobatan alternatif dan herbal. Hasil CT scan menunjukkan tulang belakang pasien mengalami kelainan parah.

Pasien itu akhirnya menjalani operasi. Dokter membuang tulang yang cacat dan menggunakan penyangga berbentuk 'locking cage' untuk memberi bantuan.

Operasi berjalan sukses dan tidak ditemukan gejala neurologis. Kekuatan anggota tubuhnya juga mencapai 100 persen.

Sehari setelah operasi, pasien sudah bisa berjalan dengan bantuan penyangga leher keras yang digunakannya selama 3 bulan ke depan. Ia juga menjalani terapi dan rehabilitasi narkoba setelah operasinya. ***

 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Riau24. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak