RIAU24.COM -Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertemu dengan mitranya dari Suriah, Ahmad al-Sharaa, di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, pada Rabu 14 Mei 2025, yang merupakan pertemuan pertama mereka.
Gedung Putih dan media Saudi seperti dilansir Anadolu melaporkan pertemuan tersebut.
Trump memanfaatkan pertemuan dengan presiden sementara Suriah, Ahmed al-Sharaa, untuk menyerukan perbaikan hubungan dengan Israel.
Ia mendesak al-Sharaa untuk menandatangani Perjanjian Abraham dan "memberi tahu semua teroris asing" untuk meninggalkan negaranya, kata Gedung Putih.
Pertemuan singkat di Arab Saudi itu terjadi setelah AS mencabut sanksi terhadap Suriah. Trump mengatakan langkah itu dirancang untuk "memberi mereka kesempatan untuk menjadi hebat."
Dalam kunjungan empat hari ke Timur Tengah, Trump juga menyampaikan pidato di pertemuan puncak para pemimpin Teluk sebelumnya - mengulangi bahwa ia ingin membuat kesepakatan dengan Iran, tetapi Teheran harus berhenti "mensponsori teror.”
Trump kini dilaporkan menuju Qatar untuk menghadiri jamuan makan malam kenegaraan
Seorang pejabat Gedung Putih sebelumnya mengatakan bahwa Trump setuju untuk bertemu al-Sharaa selama kunjungannya ke Arab Saudi pada Rabu.
Pada Selasa, Trump mengatakan selama Forum Investasi Saudi-AS 2025 di Riyadh bahwa ia akan memerintahkan pencabutan sanksi AS yang "brutal dan melumpuhkan" terhadap Suriah untuk memberi negara itu "kesempatan untuk menjadi hebat."
Trump tiba di Arab Saudi pada Selasa, memulai tur Teluk yang akan mencakup kunjungan ke Qatar dan Uni Emirat Arab.
Trump mengatakan seperti dilansir Al Arabiya bahwa ia akan memerintahkan pencabutan semua sanksi terhadap Suriah atas perintah Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Ini menjadi sebuah dorongan besar bagi al-Sharaa saat ia berusaha menstabilkan negara yang hancur karena perang.
Menteri luar negeri Suriah mengatakan bahwa keputusan Trump untuk mencabut sanksi terhadap Suriah merupakan "titik balik penting" bagi negara tersebut.
Berbicara kepada kantor berita pemerintah Suriah SANA, Menlu Suriah Asaad al-Shaibani mengatakan bahwa ia menyambut baik pengumuman Trump, menyebutnya sebagai "titik balik penting bagi rakyat Suriah, saat kami bergerak menuju masa depan yang stabil, mandiri, dan rekonstruksi sejati setelah bertahun-tahun perang yang merusak."
Amerika Serikat menjatuhkan sanksi keras terhadap Suriah selama pemerintahan Bashar al-Assad, dan tetap memberlakukannya sejak ia digulingkan dari kekuasaan pada bulan Desember setelah lebih dari 13 tahun perang.
(***)