RIAU24.COM - Donald Trump bertemu dengan Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa di Riyadh pada hari Rabu, seorang pejabat Gedung Putih mengonfirmasi, hanya sehari setelah dia mengumumkan pencabutan sanksi terhadap negara yang dilanda konflik itu.
Menurut pejabat itu, pertemuan itu berlangsung menjelang pertemuan puncak yang lebih luas dari para pemimpin Arab Teluk di Arab Saudi sebagai bagian dari tur regional Trump.
Deportasi
Inti dari keterlibatan itu adalah seruan Trump untuk mendeportasi 'teroris' Palestina sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk membentuk kembali aliansi regional dan mengisolasi jaringan ekstremis.
Langkah ini sejalan dengan prioritas keamanan AS dan Israel.
Dia juga menyerukan negara untuk bertanggung jawab atas semua pusat penahanan di negara itu dan berkolaborasi dengan AS untuk melawan kebangkitan ISIS.
Perluasan Perjanjian Abraham
Selama pertemuan itu, Presiden Trump mendesak Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa untuk menandatangani Perjanjian Abraham. Ini adalah kerangka normalisasi antara negara-negara Arab dan Israel.
Keberhasilan dimasukkannya Suriah dalam Perjanjian Abraham akan mewakili tonggak sejarah dalam diplomasi Israel-Arab.
Dalam tanggapan yang mengejutkan, Presiden Ahmed al-Sharaa mengundang perusahaan-perusahaan Amerika untuk berinvestasi di sektor minyak dan gas Suriah, menandakan keterbukaan ekonomi sebagai bagian dari potensi rekonsiliasi.
Trump mengindikasikan bahwa AS menginginkan Lebanon yang bebas dari Hizbullah, untuk memasukkan mereka dalam Perjanjian Abraham.
Dia juga mempertimbangkan kemungkinan kesepakatan dengan Iran jika berhenti mendanai teror dan memutuskan untuk melepaskan senjata nuklirnya.
(***)