Presiden AS Donald Trump memuji perubahan total dalam hubungan perdagangan AS-Tiongkok, menjelang hari kedua perundingan pada hari Minggu antara pejabat tinggi dari Washington dan Beijing yang bertujuan untuk meredakan ketegangan perdagangan yang dipicu oleh penerapan tarif agresifnya.
Dalam sebuah unggahan Truth Social pada Minggu pagi, Trump memuji diskusi yang sangat bagus dan menganggapnya sebagai sebuah perubahan total yang dinegosiasikan dengan cara yang bersahabat, tetapi konstruktif.
Hari kedua pertemuan tertutup antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent, Perwakilan Dagang Jamieson Greer dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng akan dimulai kembali pada pagi hari, menurut seorang sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut namun tidak berwenang berbicara kepada publik.
"Pembicaraan ini mencerminkan bahwa kondisi hubungan perdagangan saat ini dengan tarif yang sangat tinggi ini pada akhirnya tidak berpihak pada kepentingan Amerika Serikat maupun Tiongkok," kata kepala ekonom global Citigroup Nathan Sheets kepada AFP, seraya menyebut tarif tersebut sebagai proposisi yang merugikan semua pihak.
Diskusi tersebut merupakan kali pertama para pejabat senior dari dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia bertemu langsung guna membahas topik perdagangan yang pelik sejak Trump mengenakan pungutan baru yang tinggi terhadap China bulan lalu, yang memicu pembalasan keras dari Beijing.
Pungutan yang dikenakan Trump terhadap raksasa manufaktur Asia sejak awal tahun saat ini berjumlah 145 persen, dengan bea masuk kumulatif AS terhadap beberapa barang China mencapai 245 persen yang mengejutkan.
Sebagai balasannya, Tiongkok mengenakan tarif sebesar 125 persen terhadap barang-barang AS, yang memperkuat apa yang tampak seperti embargo perdagangan antara kedua negara.
Menjelang pertemuan tersebut, Trump memberi isyarat bahwa ia mungkin akan menurunkan tarif, dengan mengisyaratkan di media sosial bahwa "Tarif 80% terhadap China tampaknya tepat!"
Namun, sekretaris persnya Karoline Leavitt kemudian mengklarifikasi bahwa Amerika Serikat tidak akan menurunkan tarif secara sepihak, dan bahwa China juga perlu membuat konsesi.
Hari pertama negosiasi berlangsung hari Sabtu di kediaman duta besar Swiss untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa, sebuah vila tersembunyi dengan jendela berwarna biru langit di dekat taman besar di tepi kiri Danau Jenewa.
Menjelang pertemuan tersebut, kedua pihak mengecilkan ekspektasi akan adanya perubahan besar dalam hubungan perdagangan, dengan Bessent menggarisbawahi fokus pada de-eskalasi dan bukan kesepakatan perdagangan besar, dan Beijing bersikeras Amerika Serikat harus melonggarkan tarif terlebih dahulu.
Sebuah komentar yang diterbitkan oleh kantor berita pemerintah China, Xinhua, menyebut pembicaraan tersebut sebagai langkah penting dalam mendorong penyelesaian masalah.
“Fakta bahwa pembicaraan tersebut terjadi adalah berita baik bagi bisnis, dan bagi pasar keuangan," kata Gary Hufbauer, seorang peneliti nonresiden senior di Peterson Institute for International Economics (PIIE).
Namun Hufbauer memperingatkan bahwa ia sangat skeptis akan adanya pemulihan hubungan dagang AS-Tiongkok yang normal, karena tarif sebesar 70 hingga 80 persen masih berpotensi mengurangi perdagangan bilateral hingga setengahnya.
Tiongkok 'lebih siap'
Wakil Perdana Menteri China memasuki diskusi tersebut dengan semangat yang membara setelah mendengar berita hari Jumat bahwa ekspor China meningkat bulan lalu meskipun terjadi perang dagang.
Perkembangan yang tidak terduga ini dikaitkan oleh para ahli dengan pengalihan rute perdagangan ke Asia Tenggara untuk mengurangi tarif AS.
Di antara beberapa pejabat Trump yang lebih moderat seperti Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick, "ada kesadaran bahwa China lebih siap menghadapi perang dagang ini daripada AS," kata Hufbauer.
Pertemuan di Jenewa terjadi setelah Trump mengumumkan perjanjian perdagangan dengan Inggris, kesepakatan pertama dengan negara mana pun sejak ia memberlakukan tarif global.
Kesepakatan lima halaman yang tidak mengikat itu menegaskan kepada para investor yang gelisah bahwa Amerika Serikat bersedia merundingkan keringanan bea masuk terkini di sektor tertentu, tetapi mempertahankan pungutan dasar sebesar 10 persen pada sebagian besar barang Inggris.
Menyusul pengumuman perdagangan AS-Inggris, para analis telah menyuarakan pesimisme tentang kemungkinan negosiasi akan menghasilkan perubahan signifikan dalam hubungan perdagangan AS-Tiongkok.
"Senang sekali mereka mau bicara. Namun, harapan saya terhadap hasil aktual dari putaran pertama pembicaraan ini cukup terbatas," kata Sheets dari Citigroup.
"Saya pikir sangat mungkin mereka akan meninggalkan Jenewa dengan mengatakan betapa konstruktif dan produktifnya pembicaraan tersebut, tetapi tidak benar-benar mengurangi tarif sama sekali," kata Hufbauer.
Dalam unggahannya di Truth Social, Trump mengatakan, “pembicaraan telah mencapai KEMAJUAN BESAR!!”
"Kami ingin melihat, demi kebaikan Tiongkok dan AS, keterbukaan Tiongkok terhadap bisnis Amerika," tambahnya.
(***)