RIAU24.COM - Presiden AS Donald Trump pada hari Sabtu (26 April) mengecam Presiden Rusia Vladimir Putin yang mempertanyakan apakah Kremlin benar-benar ingin mengakhiri perang di Ukraina, dan mengisyaratkan tindakan yang lebih keras mungkin diperlukan.
Dalam unggahannya di platform media sosialnya Truth Social, Trump berkata, "Dengan semua yang telah dikatakan, tidak ada alasan bagi Putin untuk menembakkan rudal ke wilayah sipil, kota-kota, dan desa-desa selama beberapa hari terakhir. Itu membuat saya berpikir bahwa mungkin dia tidak ingin menghentikan perang, dia hanya memanfaatkan saya, dan harus ditangani dengan cara yang berbeda, melalui 'Perbankan' atau 'Sanksi Sekunder'? Terlalu banyak orang yang meninggal!!!"
Pernyataan tajamnya muncul tak lama setelah Kremlin mengumumkan kesediaan Rusia untuk melanjutkan perundingan dengan Ukraina, dengan mengklaim bahwa mereka akan melakukannya tanpa prasyarat.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, "Selama pembicaraan kemarin dengan utusan Trump, Witkoff, Vladimir Putin menegaskan kembali bahwa Rusia siap melanjutkan perundingan dengan Ukraina tanpa prasyarat apa pun." Peskov juga mencatat bahwa Putin telah mengajukan tawaran serupa di masa lalu.
Trump dan Zelensky bertemu secara pribadi sebelum pemakaman Paus Fransiskus
Komentar Trump menyusul pertemuan pribadi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang diadakan menjelang pemakaman Paus Fransiskus di Kota Vatikan.
"Presiden Trump dan Presiden Zelensky bertemu secara pribadi hari ini dan melakukan diskusi yang sangat produktif," kata direktur komunikasi Gedung Putih Steven Cheung.
Kepresidenan Ukraina juga mengonfirmasi pertemuan tersebut, dengan juru bicara Zelensky, Sergiy Nykyforov, mengatakan kepada wartawan, Pertemuan tersebut telah berlangsung dan telah berakhir, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Perkembangan terbaru ini terjadi setelah Gedung Putih baru-baru ini menyatakan bahwa Kyiv dan Moskow sangat dekat dengan kesepakatan.
Pertemuan antara Trump dan Zelensky merupakan yang pertama setelah pertengkaran mulut mereka di Washington pada bulan Februari lalu.
Saat itu, diskusi di Ruang Oval berakhir tiba-tiba, tanpa ada terobosan yang jelas.
(***)